ARTHARA 39

7.6K 415 5
                                    

"MASIH MENGHARAPKAN KEPASTIAN DI ANTARA KETIDAKMUNGKINAN!"

Terimakasih buat para pembaca setia maupun pembaca baru!
Terimakasih untuk 300k pembaca, btw cerita ARTHARA ini banyak di pinang para penerbit dari platform lain.

kalian pengennya peluk ARTHARA atau baca E-booknya?

♡❥♡
"Kalian itu kenapa sih main shower di dalam kamar mandi sampai pingsan gini?! Kalau aja Bunda gak datang ke kamar Amara, Bunda gak mungkin bisa temuin kalian berdua yang terkurung di kamar mandi. Bisa-bisa dua anak ini berada di kamar yang sama, astaga!"

Sedari Amara dan Kafael bangun dari pingsannya, keduanya tak berhenti untuk di beri banyak nasehat petuah dari Bunda Kafael yang baik. Sampai-sampai kepala Kafael tambah pusing.

"Bunda, sudah. Kepala Fael sakit dengar Bunda ngomong terus."

Bunda Anita berdecak kesal kemudian berjalan mengelilingi sisi ranjang untuk mendekati Amara yang terus menunduk. "Amara."

Amara mendongak menatap Bunda Anita. "Ya?" jawabnya dengan lemas. Kepalanya masih pusing dengan bibir pucat pasi.

"Kamu masih pusing?" Tangan Bunda terulur menyentuh keningnya. "Lumayan panas."

Kafael mengerutkan keningnya kemudian menggeser tubuhnya mendekat kearah Amara. "Mana, coba Kafael raba."

Amara menjauh, tatapan matanya sangat terlihat ketakutan itu membuat Bunda Anita curiga. "Gak usah."

Kafael memutar bola matanya malas kemudian berbaring lagi di ranjang seraya menutup matanya.

"Kafael, kamu mau minum obat juga?"

Kafael menggeleng tanpa menjawab.

"Lain kali kalian jangan sampai ngulang hal serupa lagi, Bunda takut banget. Malam nanti, Amara tidurnya sama bunda aja ya, jangan sendiri." Amara melotot namun setelah itu ia mengangguk dengan sangat semangat.

"Mau, mau"

Kafael membuka matanya dengan tatapan tajam namun sedetik kemudian ia tersenyum miring. "Allarick Allarick!"

Saat mendengar nama anaknya di sebut, Amara segera menatap Kafael dengan tatapan cemas.

"Kamu ngomong apa, Kafael? Pusing ya?"

Kafael menggeleng kemudian berdiri dari tempat berbaring nya saat Bunda menarik tubuhnya. "Bunda, kenapa?!" kesal Kafael.

Bunda melotot. "Kamu pergi ke kamar kamu sekarang! Tidak baik kalian satu kamar di saat belum ada ikatan sama sekali!"

"Bukan suatu masalah besar, Bunda."

"Kafael!" bentak Bunda membuat Kafael berdiri dengan kesal lalu berjalan keluar, namun sebelum itu ia menatap dengan senyum miring kearah Amara yang terus menatap kepergiannya.

Tetap di kamar ini, Amara. Aku akan menyiksa mu.

Itulah yang dapat Amara tangkap dari gerutuan bibir Kafael. Tapi kali ini, Amara menyerahkan diri kepada Tuhan. Tuhan menitipkan Bunda Anita sebagai penolongnya. Sekalipun Kafael mengancam dengan dalih anaknya, Amara akan tetap melakukan berencananya.

ARTHARA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang