ARTHARA 14

24.6K 1.1K 35
                                    

"Apakah kekuatanku, sehingga aku sanggup bertahan, dan apakah masa depan, sehingga aku harus bersabar?"
(Ayub 6:11)

Ah, hay!
Bersalah banget gue lama gk up-up gini😭🙏😦

Tapi gue juga malas nulis huhu.

"Kenapa? Masalah?"

Clara menunduk, menangis dalam diam. Sial kenapa ia akhh! Clara tak bisa menjelaskan tentang perasaannya, cinta atau bencikah?

Clara berdiri dari duduknya mengepalkan tangan dengan wajah menunduk.

"Bercanda kali, serius amat. Gak guna juga gue bunuh si Agam, gitu-gitu dia teman gue dulu," kata Arthur sontak membuat Clara menatapnya.

"Beneran bukan kamu yang bunuh Agam?"

Arthur mengerutkan keningnya. "Gue ngomong, bukan nyuruh lo percaya apa enggak." Arthur berkata jujur, memang bukan ia yang membunuh atau merencanakan kecelakaan yang di timpa temannya satu tahun yang lalu. Tapi, kejadian kecelakaan temannya itu tepat di depan matanya.
Menolong? Bahkan peduli dengan pria itu saja ia enggan.

Clara tanpa sopan menatap bola mata hitam kehijauan milik Arthur. Memang tidak ada kebohongan di dalam sana atau ia yang terlalu percaya? "Maaf."

"Memang sepantasnya lo minta maaf, bahkan sujud dibawah kaki gue kalau perlu." pungkas Arthur dengan sedikit kekehan merendahkan.

Clara menghela nafas pelan, sifat Arthur dulu memang tidak banyak berubah hingga sekarang. Namun yang membedakan kini Arthur juga bersifat demikian dengannya. "Gimana kabar Amara sekarang? Apa Amara udah punya profesi, kalian saling kabar, kan?" tanya Clara setelah beberapa menit terdiam.

Tanpa melihat wajah ketat yang di perlihatkan Arthur, Clara lantas menjentikkan jarinya.

"Anak dia udah meninggalkan? Waktu tau dia hamil pasti dia udah gugurin anak itu, ck kasian," Clara menatap lantai dengan senyum tipis. Ia menjadi teringat kenangan masa lalu.

"Waktu itu kamu gak mau tanggung jawab karena cinta banget sama aku, kan?" ujar Clara dengan PD-nya. Karena memang itulah kenyataannya.
"Mustahil cinta kamu ke aku udah hilang sepenuhnya."

Perkataan Clara tadi tak di indahkan oleh Arthur yang benar-benar menyulut emosinya adalah Clara yang dengan lancang membicarakan Amara dan anaknya di depan dirinya. Baik atau buruk itu tetap membuat ia tidak mood.

"Keluar lo, jalang!" bentak Arthur membuat Clara mundur dengan raut terkejut.

Arthur mengusap kasar wajahnya kemudian berdiri dari kursi kebesaran nya itu, ia menatap tajam wanita cantik yang ada di depannya. "Sekali lagi gue bilang, KELUAR SIALAN!" tekan Arthur benar-benar menyeramkan. Jelas sekali lelaki itu marah terlihat dari wajahnya yang mengeras dan ketat.

Clara mengigit bibirnya kuat-kuat karena ketakutan yang luar biasa. "Ka-kamu,"

"Keluar atau lo gue pecat!"

Clara membulatkan matanya kemudian tergesa-gesa membuka pintu, pekerjaan ini benar-benar sangat ia nanti dari dulu, ia tak mungkin mempertaruhkan karirnya hanya karena tidak mau keluar dari ruangan ini.

ARTHARA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang