ARTHARA 24

19.2K 880 52
                                        

"Ditahan sesak di ungkapkan bisa merusak."

Maaf lambat up😭

Jangan jadi silent riders ya!!
Terus vote dan komen, makasih🙏😻

Amara tersenyum senang saat melihat Allarich kini mulai bisa menulis walaupun tidak begitu rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amara tersenyum senang saat melihat Allarich kini mulai bisa menulis walaupun tidak begitu rapi. Ia mengusap kepala Al dengan sayang. Sudah satu minggu ini dia bebas bisa melakukan apapun di rumah besar ini tanpa halangan kemanapun ia mau pergi kecuali keluar dari rumah ini. Itu sangat mustahil bisa ia lakukan.

Amara lumayan lega karena sudah satu minggu ini ia tak melihat Arthur, karena pria tampan itu akan pulang jika larut malam.

Allarich menunjukkan tulisan tangannya ke depan wajah Amara dengan menyengir lucu. "Lihat, mom!" titahnya.

Amara tersenyum tipis. "Bagus, Allarich sangat pintar!" puji nya.

Allarich tertawa kecil karena salah tingkah di puji oleh ibunya. "Al di ajal sama Daddy Arthul-upss!" Al memukul mulutnya sendiri setelah keceplosan memanggil Arthur dengan sebutan Daddy.

Allarich melirik wajah ibunya yang berubah suram. Ia menjadi sedih kemudian memeluk mommynya itu. "Maaf, Al gak sengaja bilang kalau om Arthul itu Daddy, Al gak belmaksud, maafin Al."

Amara memeluk Allarich dengan erat, ia hendak sekali melampiaskan rasa sakit hatinya saat Al memanggil Arthur dengan sebutan 'Daddy' ini aneh, ia tak suka mendengarnya. Sungguh!

"Mommy maafin. Al jangan bilang itu lagi, ya. Om Arthur bukan Daddy kamu," lirih Amara secara tak sadar.

Al mendongak menatap ibunya dari bawah. "Om Arthul bukan Daddy Al? Tapi kenapa om itu bilang kalau Al itu anaknya, Om Arthul juga bilang kalau dia itu Daddynya Al."

Amara tersenyum kemudian memeluk Al lagi, membenamkan wajah anaknya pada dadanya. "Allarich percaya mommy apa orang asing?"

Allarich melingkar kan tangannya di perut Amara. "Al sayang mommy, Al pelcaya mommy. Om Arthur bukan Daddy Al!"

Amara mencium pucuk kepala anaknya kemudian menghapus airmata yang mengalir di kedua pipinya. Apa aku terlalu egois, Tuhan? Aku hanya tak ingin Arthur begitu mudah mendapatkan Allarich, sedangkan aku bersusah payah saat melahirkan dan membesarkannya. Aku bukan memperhitungkan semuanya, tapi aku masih belum ikhlas. Tolong aku, Tuhan, tolong!

Tanpa keduanya ketahui, satu orang pelayan tersenyum miris mendengar percakapan Amara dan anaknya. "Kenapa nona Amara begitu jahat kepada Tuan? Ini pasti sangat menyiksa Tuan Arthur."

ARTHARA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang