ARTHARA 7

20.8K 1.1K 54
                                    

"Dulu corona sekarang omicron, dulu gamon sekarang prenjon."

Makasih udah baca!
🪅🪅🪅

♡♥︎♡

Amara meremas rok yang dikenakannya, ia sangat gugup wajahnya tampak pucat pasi.

"Ra," Amara tersentak kaget saat bahunya disentuh oleh Diandra. Diandra menatap ke bawah, objek yang tengah dipandangi oleh Amara.

"Lo kenapa liatin si Arthur sama Clara mulu?"

Ya, objek yang tengah di pandangi oleh Amara adalah sosok tampan Arthur yang tengah mengiring bola basket.

Di sisi trimbun terdapat Clara yang tak henti-hentinya tersenyum dan menyemangati kekasihnya.

"Aku mau jujur," lirih Amara. "Jujur sama Arthur tentang anak yang ada sini," lanjutnya dengan menunjuk sekilas perutnya yang masih rata dibalik seragamnya.

Diandra membuang pandangannya. Ia mau mengatakan yang sebenarnya tapi takut Amara tak percaya. "Ra, seharusnya lo gak us-"

"Eh, gimana keadaan tante Rani sekarang? Aku dengar malam kemarin dia kecelakaan, kan?" potong Amara membuat Diandra memejamkan matanya.

"Mama udah lewatin masa kritisnya, Ra."

"Penyebab nya udah di ketahui?"

Diandra mengepalkan tangannya tatapannya sangat menusuk. Ia membenci Arthur, sungguh. Lelaki brengsek seperti Arthur memang tak pantas hidup bahkan hanya untuk bernafas.

"Belum."

Amara mengelus punggung Diandra dengan lembut. "Kamu yang sabar ya,"

"Seharusnya gue bilang begitu ke lo, sabar itu seharusnya ada di lo, jaga anak lo tu baik-baik ya, apapun yang terjadi nanti lo harus pertahanin dia," kilah Diandra. "Gue bakal ada di belakang dan selalu support lo!"

"Makasih." Amara memeluk sekilas leher Diandra kemudian menatap samping kiri dan kanannya.

"Jane kenapa ya gak turun hari ini?"

"Palingan telat bangun tu, anak."

Amara terkekeh, kemudian ia menepuk bahu Diandra sekilas. "Aku ke sana dulu, ngejar Arthur."

Diandra terdiam. "Jangan lari, Ra!" serunya. Amara terkekeh kemudian berlari kecil saat melihat Arthur sudah selesai tanding.

Sudah di dekat Arthur dan Clara seketika langkah kaki Amara terhenti. Ia masih menatap keduanya dengan seksama, disaat Clara menghapus keringat Arthur lalu memberikan lelaki itu minuman.

Entah kenapa Amara menjadi sangat tidak suka dan muak?

"Ra, ngapain berdiri di sini?"

Amara tersentak kemudian menatap Algi, sang wakil ketua OSIS disini. "Mau nyamperin Arthur," jawab Amara dengan sedikit senyuman.

Aldi tersenyum, lesung pipi lelaki itu terlihat setelahnya. "Yaudah, gue duluan ya, nanti ketemu lagi!" Aldi melambaikan tangannya berjalan mendekati Clara lalu berbincang setelahnya kedua orang berbeda jenis itu berjalan beriringan. Tentu saja ada tugas OSIS kalau seperti itu.

ARTHARA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang