Pengkhotbah 1 : 11
"Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datangpun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya."Makasih udah baca!
Sebenarnya gue gak tega bilang ini tapi gue harus tegas.
Please buat kalian semua, kalau suka cerita aku itu vote, bukan cuma baca. Aku juga capek mikirnya apalagi banyak tugas akhir-akhir ini.Tolong, bantu seorang pengarang pemula seperti ku hanya dengan menekan Bintang⭐
Btw, Bintang itu nama crush gue, jangan sering di sebut ya, gue orangnya posesif ❤
-Happy Reading📖
♡♥︎
Amara tersenyum tipis kepada Diandra yang sudah hendak pergi dari kediaman Arthur.
"Ra?" ragu Diandra. "Tujuan aku kesini itu mau jemput kamu, bukan karena aku mau berkunjung biasa. Ra, ikut aku ya?"
Amara mengalihkan pandangannya kepada para bodyguard yang sudah mengeluarkan pistol dari saku mereka, tujuan mereka adalah bagian tubuh Diandra.
"Kamu gak lihat semuanya, Yan?" Amara menunduk, meremas dress yang digunakannya. "Mereka bisa bunuh kamu kalau kamu nekat bawa aku, Arthur dan mereka semua gak pernah main-main. Jadi, semuanya sia-sia, Dyandra. please understand me, Diandra! you die i will kill myself! So, what's the use?!"
Diandra berjalan mendekat kemudian memeluk tubuh Amara, keduanya luruh ke bawah. "Aku tau kamu menderita tinggal di neraka ini, aku tau Amara. What should i do?"
"Setidaknya, Arthur udah beda. Dia berubah."
Diandra terkekeh miris. "Gak usah bela dia!"
"I'm serious."
"Aduh, waktu berkunjung nya sudah selesai, Amara ini udah siang hari, Arthur berpesan agar kamu tidur siang."
Diandra melepaskan pelukannya. "Ra?"
"Sorry."
Alex menarik bahu Amara pergi meninggalkan Diandra di teras rumah. Membalikkan tubuhnya, Alex menatap Diandra dari atas sampai bawah kemudian mengedipkan sebelah matanya kearah Diandra dengan senyum menggoda.
♡♥︎♡
"Lo itu beruntung banget bisa tempatin gue sebagai penjaga Amara. Karena gue memang bisa se diandalkan itu. Kalau aja gue gak ada, mungkin Amara udah gak ada lagi di rumah."
Arthur mendecakkan lidahnya di dalam mulut, rahangnya mengeras mendengar cerita Alex di seberang sana. "Tanpa lo sekalipun, Amara gak bakal pernah bisa pergi dari gue, Alex. Banyak bodyguard yang gue tempatin di sisi dia."
"Yaelah, beri gue penghargaan dikit ngapa kirim duit misalnya."
"Gila, terus gimana kelanjutannya?"
"Ya gitu, Amara gue rangkul masu-"
"Fuck lo! Berani lo sentuh Amara hah?!" tangan Arthur meninju-ninju udara karena marah.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHARA (TERBIT)
Teen Fiction(END) FOLLOW SEBELUM BACA! DON'T COPPY MY STORY, BABE♥ "kak Arthur, aku hamil." "Hm?" "Kakak bakal tanggung jawab, kan?" "Gak mungkin! Minggu depan gue tunangan!" "Apa?" ________ Amara tak mengerti lagi dengan takdir yang diberikan Tuhan untuknya...