ARTHARA 15

24.8K 1.1K 20
                                        

"Gapapa, kan kita gatau gimana rasanya sembuh kalau kemarin gak dikasih sakit."

_Happy reading_

Amara menatap bangunan minimalis bertingkat dua di depannya dengan menghela nafas kemudian menggenggam tangan mungil Allarich yang ada di sampingnya.

"Ayo kita masuk ke rumah uncle Aron!" ujar Amara membuat putra semata wayangnya itu mengangguk.

"Adelina!"

Saat Amara hendak membuka gerbang di depannya, suara dari samping rumah Aaron tiba-tiba mengejutkan keduanya. Amara mengelus dada karena cukup terkejut.

"Ah, Hi John!" sapa Amara terlebih dahulu kemudian menunduk sekilas.

Pria berwajah barat dengan rentang usia 30-an tahun itu tersenyum tipis. Ia adalah salah satu tetangga Aaron yang cukup dekat dengannya. "Long time no see, Adelina," tuturnya dengan sedikit menunduk.

"And you, boy!" lanjutnya kemudian mengusap kepala Al yang dibalas dengan lirikan tajam khas Allarich Frederick Devis.

Amara terkekeh kecil, lama juga ia tak kemari terakhir kali sekitar tiga bulan yang lalu.

"What are you doing here?" tanya John lagi setelah melihat Amara terdiam.

"It'c none of youl bucinecc, uncle," jawab Al cadel dengan mendongak menatap John. (Itu sama sekali bukan urusanmu, Paman.)

John tersentak kemudian menggaruk tekuknya pelan sementara Amara kini tengah menatap Allarich cukup tegas.

"Ah, sorry."

"Al, apakah mommy selalu mengajarkan hal buruk demikian padamu? Al sangat tidak sopan pada uncle John!" tegas Amara dengan tatapan datar.

Al mengerjabkan kedua matanya kemudian memeluk lengan Amara. "I'm corry, mom!" Ia mendongak menatap John cukup lama dengan tajam kemudian memejamkan kedua matanya.

Amara melepaskan pelukan Al di lengannya dengan paksa namun pelan. "Minta maaf dengan uncle John bukan dengan mommy!"

Al menyeringai tipis saat menatap bola mata John kemudian berkata. "I'm corry," ujarnya terdengar kurang tulus.

Amara menatap John yang terdiam dengan tak enak hati. "Maafkan putraku, John. Dia sudah berlaku kurang sopan dengan ucapannya padamu," kata Amara menggunakan bahasa Indonesia. Karena nyatanya John itu cukup paham dalam pengertian bahasa tersebut, ia hanya susah dalam pelafalannya.

John mengibaskan tangannya dengan santai. "No problem. Dia masih kecil," balasnya dengan nada yang sarat khas  bule.

Amara tersenyum tipis kemudian menggandeng tangan Al kembali seraya membuka gerbang dibantu oleh John. "Aku ingin bertemu kakakku dulu, John. Sampai berjumpa nanti."

"Ya, see you!"

Amara melempar senyum kepada pria yang masih berdiri dibelakangnya. Ia menunduk menatap Al yang menarik lengannya. "Minta mobil-mobilan Al, Mom!" serunya dengan tangan menengadah.

Amara merogoh Totebag hitam miliknya lalu memberikan mobil-mobilan kecil berwarna merah ke tangan mungil putranya.

"Mainnya jangan jauh-jauh, di halaman ini aja ya!" peringat Amara lalu mengusap rambut anaknya. "Jangan bikin mommy marah!"

ARTHARA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang