"Senjaku tertelan horizon sebarkan aroma rindu dibatas malam bak ombak memecah karang, diriku berbujur kaku di hempas para kenangan."
Gak ada ide tapi tetap nulis.
Katanya ide itu datang sendiri
Yang penting kita memulai.-Happy reading-
♡♥︎♥︎
Amara menatap keluar jendela dengan wajah murung. Ia menyentuh kaca itu, membayangkan disana ada wajah putranya yang sangat ia rindukan saat ini.
"Al, mommy kangen banget sama kamu, semoga kamu baik-baik aja ya disana."
"Maafin mommy."
Di tempat Arthur saja dia tidak bisa kabur apalagi di tempat Kafael ini, penjagaannya lebih ketat, dan kalaupun dia keluar dari sini maka ia akan pergi kemana. Dia tidak tau jalan di negara Italia ini.
Cek lek
"Amore mio."
Suara paling menyebalkan di telinga Amara. Sehingga ia hendak menangis saja rasanya.
Kafael memberikan selimut hangat ke bahu Amara, kemudian berdiri di samping Amara seraya menatap jalanan dari balik jendela.
"Kamu belum mau makan?" Kafael melirik jam di pergelangan tangannya. "Ini udah pukul tujuh lewat limabelas. Aku takut kamu terkena maag."
"Orangtua ku ada di sini, jadi kita nanti akan makan malam di bawah, itu kalau kamu mau. Kalau mau sekarang, akan akan membawanya kesini."
Amara tetap diam tanpa menjawab apapun, ia sibuk mengelus jendela kaca di depannya.
"Ra?"
Kafael menyentuh tangan Amara di kaca tersebut kemudian menggengam nya erat-erat. "Aku tidak mau melihatmu seperti ini, sayang."
"Coba buka hatimu untukku, ku mohon.. Kenapa? Kenapa tidak bisa, Amara?!" racau Kafael.
Amara menghempaskan tangan Kafael kemudian memasukkan tangannya ke balik selimut di bahunya. "Aku bisa mencintai mu, tapi dengan syarat-"
Kafael menatap Amara dengan wajah antusias. "Apa?! Apa?!"
Amara tersenyum tipis. "Terima putraku, karena jika kamu ingin aku mencintaimu, maka kamu harus dulu mencintai anakku. Aku sangat-"
"Bodoh."
Amara tertegun, kemudian mengalihkan pandangannya ke samping.
"Kenapa kamu bodoh sih, Ra?! Ini yang membuat kamu sampai di perkosa Arthur itu karena kamu bodoh! Lihat! Lihat apa kesialan yang udah menimpa kamu, kamu hamil di luar nikah! Itu memalukan, Amara, sangat memalukan. Kalau orangtua aku tau, mereka tidak akan setuju dengan pernikahan kita."
"Karena kamu harus tau, keluargaku tidak bisa menerima barang yang sudah bekas dan sudah habis di pakai." wajah Kafael benar-benar terlihat kacau sehingga ia berteriak di depan wajah Amara.
"Aku sudah lelah dengar kamu bicara soal anakmu terus! Dia itu masalalumu ku bilang! Hanya aku?! Hanya aku yang mau sama kamu Amara! Kalau semua orang tau kamu punya masalalu yang kelam seperti itu, tidak akan ada orang yang ingin menikah dengan mu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHARA (TERBIT)
Tienerfictie(END) FOLLOW SEBELUM BACA! DON'T COPPY MY STORY, BABE♥ "kak Arthur, aku hamil." "Hm?" "Kakak bakal tanggung jawab, kan?" "Gak mungkin! Minggu depan gue tunangan!" "Apa?" ________ Amara tak mengerti lagi dengan takdir yang diberikan Tuhan untuknya...