"Kita ditakdirkan untuk menjadi nyata, bukan sempurna."
Makasih udah baca, jalan lupa
Votmen._Happy reading_
♡♥︎♡
Amara menatap pantulan dirinya didepan cermin hiasnya. Ia sedikit memperbaiki tatanan rambut panjangnya yang ia gerai dengan ujung yang di curly."Cantik," puji nya pada diri sendiri. Kemudian ia berdiri memperlihatkan gaun hitam elegan yang melekat indah ditubuhnya. Gaun hitam itu sangat memperlihatkan lekuk tubuhnya karena gaun yang ia kenakan cukup ketat.
Mengambil satu set sepatu hak di lemari dan tak lupa membawakan dompet untuk ia genggam. Ia berjalan menuruni anak tangan hingga sampai di ruang keluarga dimana di sana ada ibu dan ayahnya.
Kedua orangtuanya menatap Amara dengan tatapan yang tak dapat diartikan. "Kamu jadi pergi ke tempat Clara?" tanya Papa membuat Amara mengangguk mantap.
"Iya Pa, aku gak bisa nolak kasian dia udah ngasih undangan,"
"Kalau gitu jaga diri baik-baik ya," ujar Mama
Amara mengerutkan keningnya. "Kenapa sih? Cuma ke tempat pesta ulang tahun biasa, Mah. Gak ke club loh!" rengeknya dengan nada manja sembari memeluk lengan ibunya.
"Heh! Jangan sampai ya kamu ke club!"
"Ya gak mungkin lah!" Amara memutar bola matanya dengan malas lalu melepaskan pelukannya.
"Kalau gitu Amara pergi dul-- ehh Kak Aaron masih sakit?""Iya, tuh ada dikamar mama baru kasih dia obat," Mama kembali duduk di sofa kemudian menatap televisi.
"Jaga diri ya, oh ya kado kamu mana buat Clara?" ujar Mama dengan ekspresi bingung.
Amara menepuk keningnya kemudian berjalan kembali menuju kamarnya, berniat mengambilkan kado yang sudah ia buat.
Mama menatap sang papa yang masih berdiri dengan memijit pelipisnya. "Papa juga punya perasaan aneh, kan?"
Papa mengangguk lalu menatap kepergian Amara. "Aneh banget kayak berhubungan sama Amara. Tapi Papa bingung Amara kan cuma mau ke tempat pestanya Clara."
"Semoga ini cuma kekhawatiran kita, Pa. Aku tau Amara itu bisa jaga diri dia sendiri. Lagian ada Arthur yang bakal bantu jagain dia,"
"Arthur?" kening Papa berkerut tanda tak suka.
"Iya, Arthur yang bakal jemput Amara kesini nanti,"
𖣘𖣘𖣘
Mobil yang ditumpangi sepasang manusia itu berhenti saat tepat berada diparkiran keluarga Clara.
Amara keluar dari mobil itu dengan anggun sehingga orang yang berada di sana terpukau oleh kecantikan yang dimiliki gadis itu. Tiba-tiba tatapan semua orang tertuju pada lelaki tampan yang keluar dari mobil itu. Bahkan semua orang hampir menjatuhkan rahangnya karena tak percaya.
Arthur memakai kemeja putih dibalut jas hitam panjang dengan celana yang senada, telinganya kini sudah ada anting emas berbentuk salib.
Arthur mengangkat alisnya dengan bersedekap menatap gadis di sebelah nya yang hanya terdiam dengan menatap sekitar. "Gak masuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHARA (TERBIT)
Ficção Adolescente(END) FOLLOW SEBELUM BACA! DON'T COPPY MY STORY, BABE♥ "kak Arthur, aku hamil." "Hm?" "Kakak bakal tanggung jawab, kan?" "Gak mungkin! Minggu depan gue tunangan!" "Apa?" ________ Amara tak mengerti lagi dengan takdir yang diberikan Tuhan untuknya...