22 Kerja apa?

1.1K 159 96
                                    

New Version!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

New Version!

Happy reading~

●○●

Setelah rumahnya terjual tuk membayar hutang-hutangnya dan hutang pinjol istrinya, kini Ardiman memilih kontrak rumah kecil-kecilan seadanya di pedalaman daerah kampung durian dekat sungai. Jadi akses untuk ke rumah babaruta yang lain agak jauh jika menempuh dengan jalan kaki.

Bagaimana dengan istrinya? Khalifah tidak mau tau intinya suaminya harus membayar hutangnya karena ia merasa selama ini ia yang bekerja. Sedangkan suaminya menikmati uang gajinya selama ia bekerja. Intinya Khalifa meminta pertanggungjawaban Ardiman.

Dan kini Khalifah sudah tidak menganggur lagi karena sudah bekerja sebagai barista di salah satu percafean kota Bekasi berkat bantuan teman SMA istrinya kata Ardiman.

Ardiman sadar akan kebodohannya marah-marah tidak jelas pada Zulkifli, karena pikirannya waktu itu kacau jadilah ia melontarkan kata-kata tidak baik pada salah satu sohib perbabarutaan itu.

Apakah dia sudah meminta maaf pada Zulkifli? Sudah pastinya setelah semua urusan hutangnya beres, ia kini berniat akan meminta maaf ke Zulkifli.

"Nyari juki? Belum pulang," ujar Jamal melihat Ardiman tengah mengetuk-ngetuk pintu rumah Zulkifli di malam hari.

"Loh bukannya kemarin sore masang sw otw pulang?" tanya balik Ardiman.

Jamal mengendikkan bahunya tak tahu, "Kaga tau juga, lagian mereka pake motor pasti kena macet dan lain-lain soalnya sini ke Jogja lumayan perjalanannya."

"Bela gimana bud? Udah enakan badannya?" tanya Jamal.

Memang Ardiman beberapa waktu lalu sempat mengabari jika putrinya tubuhnya drop dan kaget karena masalah keluarganya. Terutama ia kaget rumah yang ia tempati sekarang rumah kontrakan lebih kecil dari ukuran rumah sebelumnya. Jadilah ia terkena serangan demam dan sakit mata.

"Alhamdulillah udah baik, itu ditemenin Eca di rumah soalnya cuman Eca yang pengertian," balas Ardiman pada Jamal.

"Lu lagi apa mal?" tanya Ardiman.

"Lagi bernafas sama memantau keadaan sekitar karena gabut," balas Jamal memang benar adanya ia sedang gabut saat ini.

"Kaga ke rumah bang Topik?"

Jamal menggelengkan kepalanya, "Di rumah bang Topik tadi ada orang bank nagih utang jadi gue mundur takut ganggu mau ngopi disana."

"Hah? Bang Topik ditagih utang orang bank?" tanya Ardiman cengo.

"Iya gue sempet denger tadi Bang Topik ditagih dua puluh juta berapa gitu lupa."

BAPAK-BAPAK RUMAH TANGGA [NV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang