14 Kedatangan Istri

1.3K 162 62
                                    

New Version!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

New Version!

●○●

"Total utang gue berapa disini mpok?"

Ardiman menghitung lembaran uang untuk membayar utang di toko sembako. Kebetulan istrinya pulang, jadi istrinya menyuruh dia membayar sebagian hutan di toko sembako atau warung makanan yang biasa ia hutangi.

"Udah nunggak empat pulang gue total ye," kata sang penjual sambil menghitung utang Ardiman menggunakkan kalkulator serta catatan kasbon-nya. "Tujuh ratus lima puluh rebu itu sejajan anak lu disini."

"Buset banyak amat mpok," ucap Ardiman kaget.

Penjual tersebut memberikan total kasbon bernama Budi kampung durian kepada Ardiman. "Nih liat sendiri kalau kaga percaya mana empat bulan, belum lagi kalau Haekal sering utang beli rokok sama indomie."

"Udah baik gue kasih utang malah kaga percaya," sambungnya membuat Ardiman menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yah duitnya cuman ada dua ratus lima puluh ribu mpok." kata Ardiman.

Lalu ia memberikan uang seadanya itu kepada sang penjual. Sang penjual pun menerimanya dengan mimik ekspresi julid.

"Heleh gue kira mau dibayar semua soalnya bini lu kan pulang. Pelit bener bini lu ngasih duit buat bayar utang."

"Maunya sih gitu gue kira cuman seratus lima puluh ribu utangnya mpok ternyata tujuh ratus lima puluh rebu buset." balas Ardiman.

"Makanya jangan kebanyakan utang budi!"

"Iye-iye sisanya ntar ye mpok," ucap Ardiman kemudian pergi dari toko sembako kampung durian itu. "Ternyata uang seratus ribu jaman sekarang udah kayak duit sepuluh rebu." gumamnya.

"Cepet banget habisnya," monologya sambil menendangi kerikil jalanan.

Tuk!

"Aduh!" keluh seorang remaja laki-laki yang kakinya terkena sundulan kerikil dari Ardiman, mendengar keluhan tersebut ia menghampiri remaja laki-laki yang baru tinggal di kampung durian itu.

"Sorry pan, sakit yak?"

"Gapapa mas," kata Pandu buru-buru pergi dari hadapan Ardiman.

Kepergian Pandu—adik Mahesa yang terkenal kurang bisa berbaur itu membuat Ardiman menggerutu. "Buset dikira gue setan kali yak? Buru-buru amat perginya, padahal gue dah minta maaf."

"Induksi ya dek?" tanya Ardiman tiba-tiba pada angin karena ia sedang membayangkan menanyai adiknya Mahesa.

Setelah itu ia melanjutkan perjalanannya lagi ke rumah, "Hai Ibu dari anak-anakku, engaku sedang apa?" tanyanya pada sang istri sedang bermain handphone di ruang tamu.

Istri Ardiman—Khalifah memutar bola mata jengah dan berdecak. "Gak liat? Lagi urus pekerjaan dari rumah, udah sana jangan ganggu. Masakkin Bella noh laper." jawabnya ketus.

BAPAK-BAPAK RUMAH TANGGA [NV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang