44 Menjulidi Maskulin

574 87 140
                                    

New Version!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

New Version!!!

○●○

"Teh Eca kenapa?"

Tanya seroang gadis kecil sambil mengemut jelly-nya di depan warung sambil melihat tubuh luka-luka Eca.

Eca menggeleng sambil tersenyum, "Enggakpapa kok."

"Kok banyak terlukanya cih?" tanya Intan.

"Udah deh tan jangan banyak tanya kalau teh Eca sekarang lagi sakit," sahut Bela keluar warung.

"Cakit apa?" tanya Intan.

"Habis jatuh dari sepeda," balas Bela tidak dengan kebenarannya supaya adiknya tidak banyak bertanya.

Intan manggut-manggut lalu menggandeng tangan Eca. "Oh begitu, cepat sembuh ya teh Eca."

"Iya, terimakasih Intan doanya." balas Eca ramah lalu mereka bertiga berjalan bersama kearah rumah Jamal.

Apakah Eca tidak trauma? Jelas trauma, maka dari itu kini ia harus lebih sopan dan jujur lagi kepada orangtuanya serta sadar akan kesalahan. Dan kini ia berusaha menutupi rasa trauma dan sedihnya didepan teman-temannya supaya para temannya tidak khawatir padanya.

Bela sebenarnya sudah tahu, akan tetapi sebagai teman dekat semenjak balita ia harus menjadi bestie yang dapat menghibur teman-temannya ditengah para temannya mengalami musibah. Maka dari itu ia tidak membahas luka Eca, melainkan ia harus membuat tersenyum Eca seperti hari-hari biasanya.

Sangat melengkapi bukan persahabatan bocil stiker? Ada yang melindungi, ada yang menghibur, ada yang menggaji, ada yang membantu, adapula yang mengesalkan.

"Teh Jayu!!!" panggil Intan berlari kecil kepada Jayu yang tengah menyapu halaman rumahnya.

Jayu meletakkan sapu koreknya diatas rumput halaman depan rumah lalu memeluk Intan yang berlari memeluknya. "Habis darimana tan?" tanyanya.

Intan melepaskan pelukannya, "Habis beli jelly kok sama teh Bela dan teh Eca."

"Teh Ila mana kok nda ada kabal?"

"Mamanya sedang sakit dibawa ke rumahsakit." balas Jayu.

"Sakit apa mamanya Ila?" tanya Bela.

Jayu mengendikkan bahunya tidak tahu, karena memang ia tidak tahu ibu dari bos mereka sakit apa. "Nggak tau, tapi kata Bunda paling Ila mau punya adik."

"Bos Ila memang bisa merawat adik? Pasti nanti adiknya dimanfaatkan untuk berjualan." ucap Bela diangguki Jayu.

"Sudah berapa hari mamanya di rumahsakit?" tanya Eca.

Jayu menunjukkan angka tiga dengan menggunakkan jari kirinya. "Sudah tiga hari bos Ila tidak pulang, bahkan rumahnya sepi sekali soalnya Om Jevano kan pergi pkl ke Papua."

BAPAK-BAPAK RUMAH TANGGA [NV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang