1. Karam

5.7K 397 100
                                    

You and me we made a vow
For better or for worse
I can't believe you let me down
But the proof is in the way it hurts

~Sam Smith~

●●> ♡♡♡ <●●

Wajah bersahaja dengan senyuman menawan menjadi perpaduan yang sangat pas untuk menggambarkan sosok itu. Ardian Elfaero namanya. Si tampan yang punya segudang cerita masa lalu. Memiliki hobi memasak dan mencoba resep baru di saat sedang galau. Alih-alih keluar jalan-jalan untuk refreshing otak, agaknya anak bunda yang satu ini lebih senang menghabiskan waktunya di dapur.

"Nanti nikah pake adat apa ya bagusnya?" Genggaman hangat di tangannya menariknya dari lamunan. Kembali ia melemparkan senyuman untuk sang pujaan hati yang sedang duduk bersisian dengannya.

"Kamu mau pake adat apa emang?" tanyanya balik usai satu detik berlalu. Tak urung tangannya turut membelai lembut surai sang gadis. Secara bersamaan dengan semilir angin yang tiba-tiba berembus mesra. Layaknya sebuah korelasi indah yang sengaja tercipta untuk menambah kesan romantis di antara mereka berdua.

Namanya Alnetta Widya Namira. Gadis manis itulah yang sekarang mengisi hari-hari Ardian menggantikan posisi Meira.

Dulunya Meira bisa dibilang adalah cinta pertama Ardian. Pemilik gigi gingsul dan senyuman indah itu yang pernah ia perjuangkan mati-matian. Bahkan di depan bunda Ardian sampai mampu bersilat lidah. Semuanya ia lakukan demi mempertahankan hubungan mereka.

Tapi, begitulah bila malang tak dapat ditampik. Nyatanya, sekuat apapun ia berusaha mempertahankan, tetaplah Meira bersikukuh ingin dilepaskan. Satu hal paling menyakitkan ketika ia mendapati gadis itu lebih memilih sahabatnya di detik-detik ketika Erlin--bundanya--sudah memberikan lampu hijau. Hari di mana ketika ia harusnya bahagia justru malah terluka parah. Di hari yang sama ia mendapati Meira sudah tidak lagi mencintainya. Layaknya partikel terkecil, perjuangannya untuk gadis itu seperti tidak nampak sama sekali.

Lebih dari itu, ia bukan hanya kehilangan Meira. Namun juga ikut kehilangan Ridwan. Sosok yang sudah ia anggap seperti saudara itu rupanya tidaklah lebih dari seorang pengkhianat bertopeng sahabat.

Oke, lupakan soal Meira dan juga Ridwan. Mari menilik pada Netta yang saat ini tengah berpikir keras. Membuat Ardian gemas sendiri melihatnya. "Hm, nggak tau juga sih. Apa aja deh. Asal nikahnya sama kamu." Gadis itu tersenyum. Lantas di detik yang sama beralih bersandar ke bahu Ardian. Dua bola mata indahnya menjelajah. Tersenyum bahkan pada dedaunan yang gugur begitu saja dari atas pohonnya.

Benar kata orang. Jatuh cinta rupanya se-gila ini.

Di detik itu juga, keduanya sama-sama menerawang jauh. Langit biru tanpa awan kelabu begitu cerah di atas sana. Seolah dunia pun merestui, saat itu suasana sejuk lebih mendominasi. Ditemani semilir angin yang tak ubahnya melodi rindu, Ardian turut mengucap sebait janji yang dengan mantap diangguki Netta. Bunga-bunga yang bermekaran di taman itu adalah saksinya.

~♡♡♡~

Gadis itu menghela. Ragu-ragu meletakkan ponselnya ke telinga kala panggilannya dengan sang ibu tersambung. "Ma, Ella sakit. Suhu badannya tinggi banget. Mama bisa ke sini sebentar?"

"Mama ngantuk. Seharian capek kerja di luar. Lagian, kalian sok-sokan ngekos. Giliran gini, baru repot sendiri!"

"Aku sama Ella ngekos itu juga karena udah nggak tahan sama sikap pilih kasih mama sama papa!!" Dan kalimat ini hanya bisa disuarakan di dalam hati.

Menghela, ia coba menahan pedih yang tiba-tiba saja menggerayangi dadanya. Selalu saja begini. Alasan sibuk, lelah, dan tidak ada waktu membuat mama seperti tidak peduli sama sekali.

ARALDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang