18. Obsesi

2K 248 21
                                    

___________

Sekali kamu mengkhianati kepercayaan seseorang, maka sulit bagimu untuk mengembalikan kepercayaan itu lagi.

~Ardian Elfaero~

●●> ♡♡♡ <●●

-Happy reading-

"Maaf, ya." Ardian tatap Alda dengan tatapan sedih. Saat ini, ia tengah mengunci pintu apartemen sembari satu tangannya memegang sebuah koper.

Sementara Alda yang ditatap begitu geleng kepala. Sejak semalam, Ardian terus saja menggumamkan kata maaf. "Aku nggak apa-apa. Ayolah, berhenti menyalahkan diri sendiri. Bukannya Kakak sendiri yang bilang kalau ini semua udah takdir?"

"Jangan takut. Aku nggak akan pernah ninggalin Kakak," ujarnya meyakinkan. "Kita lewati semuanya sama-sama, ya."

Ardian menghela. Setelahnya, barulah sebuah senyuman serta anggukan ia berikan.

"Nggak usah sedih-sedih gitu. Ayo, aku udah nggak sabar liat rumah baru kita." Gadis itu melangkah dengan semangat. Tidak ada beban ketika ia menarik lengan Ardian meninggalkan apartemen mewah tersebut.

"Maaf karena saya udah ajak kamu hidup susah."

Pemuda itu menghela panjang. Disebabkan hilangnya posisinya di perusahaan ayahnya, kini semuanya berubah 180 derajat. Ia dan Alda benar-benar harus memulai semuanya dari nol. Bahkan, apartemen yang sudah lama ia tinggali terpaksa dijual untuk modal usaha kembali. Untuk tempat tinggal sendiri, Ardian membeli sebuah rumah sederhana dengan harga lebih murah.

Sungguh, ia bahkan tidak pernah menyangka bahwa dampak dari gosip murahan itu ternyata akan sebesar ini. Karenanya, jika ada yang patut ia syukuri, itu hanyalah Alda yang tidak banyak menuntut dan selalu menerima kondisi mereka apa adanya.

"Mau makan seblak dulu?" Pemuda itu berjalan cepat. Meraih tangan Alda dan menggenggamnya hangat.

Gadis itu mengangguk. "Boleh." Tapi, setelahnya ia menggeleng lagi. "Eh, tapi nggak usah deh. Kita mulai sekarang harus berhemat."

Sekali lagi, Ardian menghela panjang. "Yaudah, nanti kita masak sendiri aja. Saya masakin," ujarnya seraya mengusap lembut rambut sang istri.

"Kak Ardian mau tau sesuatu nggak?" Alda menoleh. Menatap wajah suaminya yang tampak muram.

"Apa?"

"Aku beruntung punya Kakak."

Begitu saja Ardian dibuat tersenyum. Meski dalam fase tersulit seperti ini, Alda rupanya masih bisa menebar keceriaan. Memang benar, semalam gadis itu sempat ingin mengakhiri hidup. Tapi hari ini, ia lihat istrinya itu sudah kembali ceria. Seakan-akan cerita pilu semalam telah sirna dalam sekejap mata.

"Saya juga beruntung punya kamu, Alda."

"Mau tau satu hal lagi?"

"Apa?" tanya Ardian seraya berlari kecil mengejar istrinya.

"Aku sayang sama Kakak."

"Hah?!" Ini entah Ardian yang tuli atau pura-pura tidak mendengar, sialan wajah Alda dibuat semerah kepiting rebus.

"Tau ah, sebel ngomong sama Kakak!" Gadis itu mencebik. Bibirnya ikut manyun. Ia percepat langkahnya menuju jalan raya.

"Jangan marah, dong. Nanti jelek."

"Kakak lebih jelek!" balas Alda jengkel.

Begitu saja Ardian dibuat tergelak. Hanya dengan ini, namun hatinya terasa menghangat. Setidaknya untuk saat ini ia masih punya Alda.

ARALDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang