24. Mr. X

2K 206 18
                                    

"Kakak kenapa sampai berantem kayak tadi?"

Alda memulai pembicaraan mereka malam ini. Ngomong-ngomong, mereka sekarang masih menginap di kediaman Adiwijaya. Ini Erlin yang memaksa. Jadilah Ardian dan Alda pasrah saja.

"Cuma masalah kecil."

"Cuma masalah kecil sampai Kakak buat Kak Aksa babak belur?"

Ardian menghela panjang. Ia akhirnya ikut membaringkan dirinya di sisi Alda.

"Bukan begitu. Kamu juga nggak tau apa masalahnya. Udahlah, tidur aja. Jangan banyak pikiran."

"Apa sih? Aku penasaran, nih!" Tapi, Alda tampaknya sangat penasaran. "Dari dulu, Kakak kayaknya anti banget sama kak Aksa. Itu kenapa?"

"Kamu mau tau apa masalahnya?" tanya Ardian yang dibalas anggukan oleh gadis itu.

"Masalahnya ada di kamu."

"Loh, loh? Kok bawa-bawa aku, sih?"

Ardian tersenyum. Begitu saja tangannya mencubit pelan hidung sang istri. "Aksa ngincer kamu, sayang. Makanya, jangan terlalu cantik."

"Bisa nggak kalo lagi serius itu jangan bercanda?"

"Loh, apanya yang bercanda?"

"Kakak ngomong sayang gitu kenapa? Aku nanya serius sempat-sempatnya gitu!"

"Aku nggak pernah bercanda loh kalo soal perasaan."

"Ini udah malam, Kak Ardian. Jangan bikin salting. Nanti aku nggak bisa tidur!"

"Ya Tuhan, suamiku ini kenapa makin meresahkan?" ujar Alda seraya mengusap wajahnya kasar.

Lagi-lagi Ardian tergelak. Sementara Alda sudah menarik selimutnya hingga menutupi kepala. Maklum, gadis ini sedang salting berat.

"Kemarin kamu ngomong apa aja sama bunda?"

"Banyak sih. Terutama soal Anna."

"Terus?"

Alda akhirnya menyingkap selimutnya. Kini hanya sebatas dada. Ia tatap Ardian yang balas menatapnya. "Ya, gitu. Bunda kayaknya masih sedih. Tapi, aku udah berusaha yakinin bunda sih kalo semua akan baik-baik aja. Aku yakin banget kalo Anna masih hidup."

Pemuda itu merespons dengan senyuman. Tapi, kali ini tidak seceria biasanya. Alda tahu, senyuman itu dipaksakan.

"Kakak ada masalah?"

Ardian menggeleng.

"Resto baik-baik aja, kan?"

Ardian mengangguk.

"Nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku nggak ada masalah apa-apa," ujarnya meyakinkan.

"Udah jam sepuluh malam. Kamu harus tidur. Nggak boleh begadang."

Alda mengerutkan dahi. Meski masih penasaran, terpaksa ia berpura-pura menutup mata saat usapan lembut Ardian terasa di kepalanya.

ARALDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang