16. Badai

2.2K 216 26
                                    

___________


Setiap hubungan pasti akan
menemukan badainya
masing-masing

~Couple A & A~

●●> ♡♡♡ <●●

-Happy reading-

“Ini data pencatatan tahun kemarin yang Bapak minta.”

Ardian mengangguk. Meraih dokumen tersebut dan membacanya. “Ini udah---”

“Ardian!”

Pemuda itu menoleh. Kontan memijat pelipisnya pelan ketika mengetahui siapa yang dengan tidak sopannya mengganggunya. Ia tatap Alisa salah satu karyawannya dengan helaan napas panjang. “Kamu boleh pergi. Laporan ini akan saya periksa terlebih dahulu,” titahnya yang membuat wanita dua anak itu mengangguk. Setelahnya, ia pamit undur diri.

“Aku bawain makanan buat kamu.” Sementara perempuan yang sudah mengacaukan fokus Ardian itu akhirnya mendekat. Di tangannya terdapat paper bag berisi makanan.

“Ini ada ayam kecap sama tumis kangkung. Kamu pasti suka,” ujarnya seraya membuka isi kotak bekalnya. “Aku bawa ikan goreng ju---”

“Netta, stop!” Ardian dibuat kepalang  kesal. Tatapannya pada perempuan itu semakin tajam saja. “Saya udah nikah. Tolong jaga jarak sama saya!”

“Tapi aku masih sayang sama kamu, Ar.” Perempuan itu mendekat. Mencoba mengelus rahang Ardian. “Aku juga udah cerai sama Bagus. Kita bisa---”

“Itu urusan kamu. Saya nggak peduli!” Begitu saja Ardian menepis tangannya. “Dan tolong, jangan kurang ajar sama saya!”

Netta tersenyum kecil. “Kenapa sih, Ar? Dulu kamu cinta banget sama aku. Nggak mungkin kan kamu semudah itu lupain aku?”

“Stres!” maki Ardian. Jika tidak mengingat bahwa Netta adalah seorang wanita, mungkin sudah sejak tadi tangannya melayang ke pipi perempuan itu.

“Aku yakin kamu masih sayang sama aku. Kamu juga pasti masih mau balikan sama aku. Cuma gengsi aja. Iya, kan?” Netta belum menyerah. Sekali lagi, ia mencoba merayu Ardian.

“Nggak waras!”

Ardian langsung berdiri dari duduknya. Berniat menjauh dari Netta dan keluar dari ruangan tersebut.

“Ardian!” Tapi, nampaknya Netta semakin tidak waras. Bahkan tanpa aba-aba ia memeluk Ardian dari belakang.

“Kak Ardian, surprise!”

Seperti keadaan sengaja menjebaknya, di detik itu juga, Alda membuka pintu ruangannya dengan barbar. Gadis yang juga membawa paper bag di tangannya itu kini mematung di depan pintu.

“Alda, ini nggak seperti yang kamu liat.” Buru-buru pemuda itu melepas pelukan Netta dari pinggangnya. Sementara Netta di belakangnya sudah mengulas senyum licik.

“Wah, aku mau kasih surprise, tapi ternyata aku yang disurprise balik, ya?” Gadis itu akhirnya masuk. Tersenyum pada Ardian dan meletakkan paper bag yang dibawanya ke atas meja. “Ini makanan buat Kakak. Aku beli dari luar tadi.”

ARALDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang