12. Jealous

2.6K 260 14
                                    

Vote dan komennya jangan lupa, ya.

Tandai kalo ada typo

-Happy reading-

“Mujur juga ya nasib lo? Setelah diusir mama papa, malah dipungut sama orang kaya. Tapi, apa lo nggak malu sama keluarganya Ardian? Oh, atau kurang sadar diri?”

Alda menghela. Ia kini berdiri di balkon apartemen dengan pandangan menerawang jauh. Perdebatannya dengan Queen dan hinaan gadis itu terputar begitu saja di kepalanya.

“Oke, biar gue pertegas di mana seharusnya posisi lo. Pembantu dan tukang bersih-bersih di rumahnya Ardian. Nggak cocok jadi istrinya.”

“Emang kenapa kalo aku jadi istrinya kak Ardian? Kamu iri?”

“Hei, sejak kapan gue iri? Kalo bermodal mengandalkan harta orang lain sih nggak ya. Lagian, lo baru segini aja udah sombong!”

“Tapi, gue yakin kalo bentar lagi Ardian pasti ninggalin lo. Logika aja, mana ada sih orang terpandang yang mau sama upik abu?”

Munafik bila Alda tidak terluka. Dusta bila ia tidak marah. Saking emosinya ia sempat membalas hinaan Queen dengan kalimat super pedasnya. Namun, pada akhirnya ia sadar bila semua perasaan itu harus ia singkirkan jauh-jauh. Fakta yang terpampang begitu nyata di hadapannya telah lebih dulu membungkam mulutnya.

Nyatanya, ucapan Queen tidak ada yang salah. Memang ia dan Ardian terlampau jauh berbeda.

“Jangan suka di luar kalo udah malam.”

Alda menoleh hanya untuk mendapati Ardian yang akan memakaikan jaket ke tubuhnya.

“Kak Ardian, stop!” Dan begitu saja ia menghentikan tangan tersebut. Membuat sang empu menatapnya heran.

“Kenapa? Cuaca lagi dingin loh. Nanti kamu sakit.”

Alda menggeleng pelan. Ia raih jaket tersebut dari tangan Ardian dan memakainya sendiri. “Biar aku yang pake sendiri.”

Sementara pemuda itu mengangguk saja. Kini ia ikut menatap langit malam seperti yang dilakukan Alda beberapa menit lalu.

Namun, tak pernah ia tahu jika diam-diam di dalam hati gadis itu berbisik lirih.

“Aku nggak mau salah paham sama sikap Kakak. Apalagi sampai punya perasaan dan akhirnya jatuh sendirian.”

“Alda.” Ardian menoleh. Menatap Alda yang tengah sibuk mengusap-usap bahunya.

“Hm?” Gadis itu menyahut singkat. Netranya turut menatap Ardian.

“Bunda kasih tiket buat liburan ke Bali.”

“Liburan buat apa?”

Ardian menghela. Kini meraih tiket dari sakunya untuk diserahkan ke arah Alda. “Honeymoon.”

“WHAT?!”

Pemuda itu berdecak. Turut membekap mulut Alda kala gadis itu merespons dengan lengkingan suara yang membuat telinganya pengang.

“Jangan teriak-teriak. Kuping saya sakit!”

Honeymoon-nya harus banget, ya?”

ARALDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang