Vote dan komen jangan lupa.
-Happy reading-
Usai Ardian pulang dari kantor beberapa menit yang lalu, Alda langsung ke dapur untuk menyiapkan kopi. Tentu saja dengan modal nekat dan tanpa sepengatahuan Ardian.
Hanya sekitar sepuluh menit, akhirnya gadis itu kembali ke kamar mereka usai membuatkan Ardian segelas kopi.
Sampai di depan kamar, ia langsung memutar knop pintu.
Cklek!
Benar saja, usai pintu terbuka, netranya dapat menangkap sosok Ardian yang sedang duduk santai di sofa.
"Nih, aku bawain kopi buat Kakak."
Tiba di hadapan Ardian, Alda langsung menyodorkan segelas kopi yang ia bawa. Ardian yang semula sibuk dengan ponselnya lantas menoleh. Untuk beberapa saat, ia diam menatap kopi buatan Alda sebelum akhirnya meraih gelas tersebut.
"Ini bisa diminum?" tanyanya tidak yakin.
"Bisalah. Itu kopi dibuat dengan masa percobaan sebanyak sepuluh kali, ya!"
Ardian manggut-manggut saja. Meski ia telah melarang keras Alda untuk mendekati dapur, namun istrinya itu tetaplah sosok keras kepala yang selalu mengartikan larangannya sebagai perintah. Faktanya, sekuat apapun ia melarang, sekuat itu pula istri nakalnya itu melanggar.
"Kopinya nggak enak, ya?" tanya Alda harap-harap cemas. Pasalnya, raut Ardian membuatnya tegang tiba-tiba.
"Asin," sahut pemuda itu usai meletakkan kopi tersebut kembali ke atas nampan yang masih dipegang Alda.
"Hah? Kok bisa?" Walau begitu, Alda tetap mencicipi kopi buatannya. Benar saja, setelahnya gadis itu mengusap bibirnya. Kopi buatannya benar-benar asin. "Ck, perasaan tadi aku masukin gula deh!"
"Ngomong-ngomong, itu gelas bekas saya."
Seketika Alda gelagapan. Ia tatap Ardian sejenak sebelum akhirnya kembali mengusap bibirnya. Naasnya, ia minum juga tepat pada bekas Ardian minum tadi.
"Ma-maaf, nggak sengaja." Alda menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. Mendadak ia canggung bukan main. "Yaudah, aku ganti aja ya kopinya?"
"Nggak usah."
Tak ada pilihan lain untuk Alda selain keluar dari kamar dan menyimpan nampan ke dapur. Dalam perjalanan, tak henti gadis itu mengusap bibir.
"Ah, malu-maluin aja sih. Udah bikin kopi asin ditambah lagi nyerobot aja minum dari bekas bibir kak Ardian!" Gadis itu menggerutu. Saking malunya, mungkin pipinya sudah semerah tomat busuk.
~♡♡♡~
Sang surya telah kembali ke peraduannya sejak tadi. Ribuan bintang dan sang rembulan bersaing menyinari langit. Memberikan cahaya yang terang benderang untuk malam ini.
Di ruangan bernuansa abu itu, usai menyelesaikan tugas kuliahnya, Alda langsung menyusul Ardian yang sudah lebih dulu berbaring di ranjang. Nampaknya pemuda itu akan segera tidur.
"Kak," panggil Alda pada Ardian yang sudah mulai menutup mata.
"Hm?" balasnya masih menutup mata.
"Kok hm doang, sih? Aku mau bicara, Kak."
Pada akhirnya Ardian mengalah. Kini ia membuka mata dan sepenuhnya menghadap ke arah Alda. "Mau ngomong apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARALDA [END]
RomanceSiap untuk petualangan yang penuh teka-teki, romansa, dan komedi? Cerita ini mengisahkan seorang pemuda konglomerat yang hidup dalam kemewahan dan seorang gadis mahasiswi biasa yang hidup sederhana. Keduanya terjebak dalam pernikahan yang tak terdug...