26. Sweet Husband

2K 177 6
                                    

______________

Memilikimu adalah satu kebahagiaan yang tak ada tandingannya
di dalam hidupku

-Couple A & A-

•○> ♡♡♡ <○•

"Pagi-pagi harus sarapan dulu. Jangan langsung berangkat ke kampus dengan perut kosong."

Alda hanya mengangguk pasrah ketika Ardian mendudukkannya di kursi meja makan. Pagi-pagi sekali, laki-laki itu sudah sibuk dengan masakannya dan menghidangkannya di hadapan Alda.

"Makan dulu gih. Habis itu baru aku antar ke kampus."

Tanpa banyak protes, Alda meraih roti yang ada di hadapannya dan melahapnya hingga habis.

"Udah selesai." Ia tatap Ardian yang balas menghela. Sesungguhnya, Alda adalah tipikal orang yang paling malas sarapan pagi. Tapi, bersama Ardian jelas ia akan diceramahi panjang lebar jika tetap nekat ke kampus tanpa sarapan.

"Aku masak banyak-banyak malah roti yang kamu makan." Benar saja, Ardian langsung protes. Namun tetap juga menyerahkan segelas air putih yang langsung disambut oleh gadis itu.

"Em, Kak Ardian." Alda mendongak. Menatap suaminya dari jarak dekat. "Aku baru kepikiran ini deh sekarang. Kenapa kita gak klarifikasi aja soal berita perceraian itu? Biar si Mr. X ini kapok dan gak bohongin media lagi. Aku rasa, kita juga udah terlalu sabar ngadepin dia. Udah cukup dia nyebarin kebohongan-kebohongan tentang kita. Kita gak bisa diem terus kayak gini. Ini waktunya kita angkat bicara."

Ardian mengangguk. Satu tangannya terangkat untuk mengusap lembut rambut Alda. "Aku ikut apapun keputusan kamu. Awalnya, aku juga mikir kita gak mesti ladenin si Mr. X itu. Toh buat apa? Kita tetap akur-akur aja. Tapi, lama-lama dia makin bertingkah. Aku pikir dia juga yang jadi dalang di balik teror-teror itu." Ia menjeda sebentar. "Kamu gak perlu khawatir. Masalah ini akan segera aku tangani," lanjutnya dengan senyuman khasnya.

Diliriknya jam tangannya sekilas. "Empat puluh menit lagi mata kuliah kamu dimulai. Ayo berangkat." Sebelah tangannya terulur ke arah Alda yang masih duduk di kursi. Disambut uluran tangan dari gadis itu.

~♡♡♡~

"Resto kita udah makin maju ya sekarang."

Ardian yang tengah sibuk melihat-lihat menu terbaru restoran mereka di laptopnya sontak menoleh saat Alda menghampirinya. Tersenyum, pemuda itu meraih tangan gadis itu agar duduk di sisinya.

"Nggak nyangka banget resto bakalan maju sepesat itu dalam waktu kurang dari setahun."

Senyuman lembut itu sebagai hadiah untuk kalimat Alda. Ardian raih tangannya untuk digenggam.

"Semua juga berkat doa-doa kamu, sayang. Suami kamu ini juga nggak akan mungkin berada di titik ini kalo tanpa dukungan dari kamu." Ia genggam tangan Alda lebih erat. "Makasih ya udah bertahan sama aku sampai aku di titik ini."

Gadis itu balas menggenggam tangan Ardian. Seulas senyum turut ia suguhkan. "Aku yang harusnya bilang makasih sama Kakak. Kakak yang selama ini selalu ada buat aku. Pokoknya, sekedar ucapan terima kasih aja nggak akan cukup buat semua yang udah Kakak lakuin ke aku."

Ardian tak merespons lagi. Kini ia menarik Alda ke dalam pelukan. Mengusap rambut gadis itu penuh sayang.

"Kita saling melengkapi, sayang. Jangan ucapkan lagi kata terima kasih." Rambut Alda diusapnya begitu lembut. "Di dalam kamus kita nggak ada kata terima kasih. Oke?"

ARALDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang