3. Rumit

2.9K 316 40
                                    

Begitu rumitnya dunia, hingga untuk rehat sejenak saja rasanya sangat mustahil

~Ardian Elfaero~

•○> ♡♡♡ <○•

Terus terang saja, mal bukanlah tempat yang amat disukai Ardian. Baginya, mal hanyalah dikunjungi oleh orang-orang yang boros dan hobi menghamburkan uang. Tapi, entah kenapa hari ini langkahnya malah membawanya untuk datang ke sana. Berkeliling tanpa arah dan tujuan.

DUK!!

Baru beberapa menit di sana, sebuah insiden tabrakan ala sinetron menimpanya dan seorang gadis. Tampang gadis itu yang imut-imut menggemaskan selaras dengan bentuk tubuhnya yang mungil.

"Maaf, Kak." Si gadis terlihat merasa bersalah. "Saya nggak sengaja."

Ardian mengangguk. Tanpa memperpanjang percakapan, ia langsung berjongkok membantu memungut paper bag berisi barang belanjaan gadis itu yang tampak berserakan. Di depannya, si gadis juga ikut memungut paper bag-nya.

"Alda!"

Ardian dan gadis yang tak lain adalah Alda itu kompak menoleh. Berdiri bersamaan usai Ardian menyerahkan paper bag-nya.

"Astaga, sorry banget ya, Da. Lo pasti bosen ya nungguin gue? Makanya jalan duluan." Gadis yang tadinya memanggil itu akhirnya tiba di hadapan keduanya. "Sini, belanjaannya gue aja yang bawa. Makasih udah dijagain." Ia lantas mengambil alih seluruh paper bag di tangan Alda yang sebenarnya adalah miliknya.

"Eh, lo... siapa sih namanya? Kayak kenal gue." Gadis dengan nama lengkap Vivi Evalina itu menoleh ke arah Ardian. Menggaruk dagu di detik yang sama. "Ah, bodoh amat lah," decaknya usai lelah berpikir keras.

"Maaf." Ardian kembali menatap Alda. Seakan kata-katanya teramat mahal, hanya kata itu yang mampu ia lontarkan.

"Nggak apa-apa, Kak. Tadi, saya juga yang kurang hati-hati." Alda melemparkan senyuman yang sama sekali tidak ditanggapi Ardian.

Tanpa berucap apa-apa lagi, cowok itu mulai beranjak. Spontan membuat Alda langsung mencibir.

"Ganteng-ganteng saudaraan sama es batu!" Lantas gadis itu meralat ucapannya saat merasa ada yang salah. "Eh, ganteng nggak, sih? Ah, biasa aja tuh!"

"Heh!" Vivi menegur. Namun, di detik yang sama ikut membenarkan. "Tapi, ia juga, sih. Liat tuh mukanya, duplikat sama tripleks," ujarnya cekikikan. Malahan, justru ia yang semakin mengatai.

Sementara itu, Ardian yang masih mendengar celetukan dua gadis tersebut diam-diam memaki. Enak saja mereka mengatainya.

Ketika menoleh, dua gadis tadi terlihat berjalan menjauhinya. Maka karenanya, ia langsung berseru, "Tunggu!"

Keduanya langsung berbalik. Alda yang merasakan tanda bahaya langsung menangkupkan tangan saat menyadari jika Ardian yang memanggil. "Please, jangan cekek saya. Saya tadi nggak ada maksud buat ngatain. Kasihani saya, Kak. Saya ini masih jomblo belum sempat punya pacar."

Plok!

Vivi yang gemas sendiri dengan aksi Alda spontan menggampar lengan gadis itu. "Heh, ngapain sih kayak gitu? Mana sampe curhat lagi. Noh, orang-orang ngeliatin. Malu, Alda. Maluuu." Saking malunya, ia sampai menutupi wajahnya saat beberapa pengunjung mal menatap mereka heran.

ARALDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang