Mungkin takdir sudah terlalu benar mempersatukan kita.
Kita yang sama-sama terluka.
~Couple A & A~
●●> ♡♡♡ <●●
-Happy reading-
"Udah sehat?"
Ardian menyambut Alda di dapur dengan senyuman. Meja makan kini sudah penuh dengan makanan. Tentu saja pemuda itu yang memasaknya.
Alda mengangguk. Ia menarik kursi di hadapan sang suami. "Udah mendingan. Kan, dirawat sama dokter pribadi." Gadis itu terkikik geli. Sengaja mengerlingkan mata dengan tatapan genit.
Ardian geleng kepala. Sudah tak heran dengan tingkah istrinya yang selalu di luar prediksi BMKG. Ia bahkan sampai berpikir jika sehari saja Alda berubah menjadi sosok kalem, mungkin dunia akan segera kiamat.
"Kakak nggak masuk kantor?" tanya gadis itu heran. Pasalnya, sudah pukul 07.35 tetapi Ardian masih berada di rumah dengan pakaian santai.
Pemuda itu menghela. Sejenak mengecek suhu tubuh istrinya. "Nih, ini aja masih panas. Mana bisa saya main pergi gitu aja?"
"Tapi, aku udah nggak apa-apa, kok. Bentar lagi juga pasti sembuh." Alda berusaha meyakinkan. "Lagian, Kakak nggak bisa seenaknya gitu dong nggak masuk kantor. Ini namanya nggak profesional."
"Meskipun nggak masuk kantor, saya tetap mengawasi semuanya dari sini. Tenang aja." Ardian mengambil gelas. Mengisinya dengan air dan meneguknya hingga tandas.
"Bukan gitu maksud aku. Gini, meskipun Kakak tetap WFH itu nggak bakal efisien. Kalau Kakak gini terus, kita mana bisa maju? Inget, sehebat apapun seseorang, tetap saja pekerjaannya akan hilang juga kalau dia nggak bisa disiplin."
Alda mendadak pening. Di sini, bukan dirinya saja yang keras kepala. Ardian tetaplah pemenangnya.
"Alda, jenis pekerjaan ada banyak di dunia ini. Kalau hilang, bisa dicari lagi. Tapi, istri saya cuma ada satu di muka bumi. Menurut kamu, kalau istri saya yang kenapa-napa, saya harus cari yang sama persis seperti dia di mana lagi?"
"Astaghfirullah, aku nggak apa-apa!" Alda berujar frustasi. Ardian selalu saja begini. Khawatir berlebihan kepadanya.
"Alda, saya tanya. Kalau saya sakit, memangnya kamu tega ninggalin saya sendirian?"
Gadis itu bungkam. Tak mampu lagi melawan kalimat Ardian.
TING TONG!
Keduanya saling pandang. Bunyi bel dari luar membuat Ardian praktis berdiri dari duduknya. Berjalan keluar dari dapur untuk membukakan tamu tersebut pintu. Disusul Alda yang turut mengikuti langkah sang suami dari belakang.
"Tante Elya!" Ardian lumayan terkejut dengan kehadiran adik dari ayahnya itu. Namun, pada akhirnya ia membuka pintunya lebar-lebar. "Masuk, Tan."
Alda tersenyum hangat. Menggeser tubuhnya ketika Elya hendak memasuki apartemen mereka. Wanita itu tidak datang sendirian. Ia datang bersama Aksa. Satu hal yang membuat Ardian menatapnya tidak suka.
"Kamu nggak masuk kantor?" Itulah pertanyaan pertama Elya ketika wanita itu menyimpan tas mahalnya ke atas meja dengan angkuh.
Ardian menggeleng. "Alda sakit, Tan. Jadi, hari ini aku nggak masuk dulu. Kerjaan di kantor untuk sementara di-handle sama Kevin. Aku kerja dari rumah." Kevin yang dimaksud Ardian adalah orang kepercayaannya. Dia yang ditugaskan mengurusi kantor saat dirinya tidak masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARALDA [END]
RomanceSiap untuk petualangan yang penuh teka-teki, romansa, dan komedi? Cerita ini mengisahkan seorang pemuda konglomerat yang hidup dalam kemewahan dan seorang gadis mahasiswi biasa yang hidup sederhana. Keduanya terjebak dalam pernikahan yang tak terdug...