"Siapa, sayang?"
Ardian langsung menyusul Alda usai mencuci tangannya di wastafel.
Namun, betapa terkejutnya ia saat telah sampai di pintu utama. Bukan tamu yang ia dapati, melainkan Alda yang sudah pingsan tepat di depan pintu.
"Sial!" Buru-buru ia menutup pintu dan mengangkat Alda ke arah sofa. Tak hanya Alda rupanya, ia juga mendapati ada secarik kertas yang ditinggalkan sosok tersebut.
"Bagaimana kejutannya Ardian?"
Ting!
081456******
Tenang aja, kesayanganmu itu akan segera sadar. Dia cuma saya bius. Lagipula, mana mungkin saya nyakitin dia?
"Pengecut!" Tanpa mengirim balasan yang berarti, Ardian memilih lebih fokus pada Alda.
~♡♡♡~
Butuh waktu sekitar 20 menit lebih untuk Alda sadarkan diri. Ardian bahkan sampai tertidur di sampingnya saking lamanya Alda pingsan.
"Kak Ardian nungguin aku sadar sampai ketiduran." Pelan-pelan Alda mengusap pipi Ardian yang sudah pulas sembari bersandar di kepala ranjang.
"Kak Ardian, bangun."
Akhirnya dua bola mata itu terbuka sempurna. Ardian langsung menegakkan badannya usai melihat Alda sadarkan diri.
"Udah lama sadarnya? Kenapa nggak bangunin aku? Lapar nggak? Mau makan apa?" Pertanyaan beruntun itu langsung menyapa Alda.
"Satu-satu tanyanya, Kak. Aku nggak mau makan apa-apa. Mau tidur aja." Gadis itu menepuk-nepuk sisi kosong di sampingnya. "Sini tidur bareng. Kangen tau."
Meski bingung, Ardian tetap menuruti keinginan Alda. "Yaudah, tidur lagi. Nanti kalo mau makan apa-apa bilang, ya?"
Alda mengangguk pelan ketika Ardian mengusap lembut rambutnya. "Cium dahi dong," pintanya manja.
"Kamu kenapa, sih?" Lagi, Ardian mengerutkan dahinya. Alda tak biasanya begini. Tapi, meski begitu, ia tetap juga mengecup lembut dahi tersebut.
"Nggak apa-apa." Gadis itu membuka matanya sedikit. Tersenyum hangat pada Ardian.
"Sinian lagi. Mau dipeluk," rengeknya lagi.
"Iya, iya. Ini lagi dipeluk. Kamu aneh banget deh." Meski mulutnya tak henti komat-kamit, Ardian tetap memepetkan badan dan memeluk Alda lebih erat.
"Kak Ardian nggak pengen punya anak, ya?" Hingga akhirnya pertanyaan tiba-tiba itu menyapa Ardian. Ia tatap Alda yang balas menatapnya.
"Hust, ngomong apa sih kamu? Tidur deh, makin lama makin ngelantur."
"Selama nikah, Kakak belum pernah sentuh aku. Berarti belum mau punya anak? Atau emang nggak mau punya anak sama aku?"
Ardian menghela panjang. Ia lantas memeluk Alda lebih erat. "Aku mau kamu selesaiin kuliah dulu. Benar-benar fokus sama apa yang kamu jalani sekarang. Masalah anak, nanti aja kita omongin lagi setelah kamu wisuda, ya. Aku nggak mau membebani pikiran kamu dengan hal-hal kayak gini." Sesekali ia mengecup lembut dahi Alda. "Lagian, perjalanan kita masih panjang. Kita ini masih sama-sama muda. Untuk sekarang, aku mau berdua dulu sama kamu."
Alda mengangguk pelan. Tak lama setelahnya, ia terlelap di dalam pelukan Ardian.
"Aku cuma takut, nantinya Kakak bakalan ninggalin aku kalo kita nggak punya anak di tengah-tengah kita..."
~♡♡♡~
Salam hangat,
Brownisgosong
Jumat, 22 Desember 2023
00.11
KAMU SEDANG MEMBACA
ARALDA [END]
RomanceSiap untuk petualangan yang penuh teka-teki, romansa, dan komedi? Cerita ini mengisahkan seorang pemuda konglomerat yang hidup dalam kemewahan dan seorang gadis mahasiswi biasa yang hidup sederhana. Keduanya terjebak dalam pernikahan yang tak terdug...