13. Meresahkan

2.4K 255 17
                                    

Vote dan komennya jangan lupa ya.

-Happy reading-

"Loh, kok diem sih?"

Erlin yang masih menanti jawaban menatap putra dan menantunya bergantian. Namun, alih-alih menyahut keduanya malah pura-pura sibuk dengan makanan masing-masing.

"Mungkin belum rejekinya mereka, Bun. Kita harus sabar." Erfan yang melihat kecanggungan itu akhirnya menepuk pelan bahu sang istri.

Erlin menghela. Namun tak urung kepalanya mengangguk lesu. Setelahnya ia kembali melanjutkan makannya yang tertunda. Percakapan pun ikut berakhir hingga makan malam selesai.

"Kakak duluan aja, aku mau ambil air minum dulu." Begitu kata Alda ketika Ardian hendak menggandeng tangannya.

"Yaudah, saya tungguin." Bukannya menurut, Ardian malah duduk kembali di kursi pantry. Semua orang sudah pergi duluan ke ruang keluarga.

Alda memutar bola mata. Sebelumnya, Ardian tidak pernah seperti ini. Sikap suaminya itu mendadak berubah sejak Aksa tiba di rumah ini.

"Kakak kenapa, sih?" Gadis itu mendekat. Menarik kursi di sisi Ardian usai menuangkan air minum ke dalam gelas. "Aku perhatikan sejak kak Aksa datang, Kakak tiba-tiba jadi aneh. Kalian lagi ada masalah?"

Ardian menggeleng. "Nggak ada," sangkalnya.

"Nggak percaya." Mata Alda menyipit. Gelagat Ardian patut dicurigai.

"Yaudah kalo nggak percaya." Dan dengan entengnya pemuda itu merebut gelas miliknya. Begitu saja meneguk isinya hingga tandas.

"Ck, main nyerobot punya orang aja!"

Alda berdecak. Kini merebut kembali gelasnya. Tak urung mengisinya kembali dengan air. Bodoh amat mengenai masalah berbagi gelas dengan Ardian, ia ikut meneguk habis air tersebut. Lagipula, ini bukan terjadi sekali saja. Jadi, baginya tidak ada alasan lagi untuk mempermasalahkan hal tersebut. Terlebih ketika di apartemen Ardian kerap kali menyerobot jus miliknya ketika tengah haus.

"Ka---"

"Belum tidur, Da?" Ucapan Ardian spontan terpotong ketika Aksa tiba-tiba muncul. Pemuda itu turut mengambil gelas dan mengisinya dengan air.

"Sok Akrab!" Mulut Ardian terlalu gatal untuk mencibir. Tapi, karena suaranya yang pelan membuat hanya Alda yang mendengarnya.

Alda mengangguk. Sempat menyenggol pelan lengan sang suami ketika pemuda itu terus saja julid.

"Iya, tadi haus. Jadi minum dulu," balasnya dengan senyuman.

"Gue denger-denger lo masih kuliah. Jurusan fashion design. Right?" tanya Aksa hanya sekedar basa-basi. Jaraknya dan pasutri itu masih sekitar dua meter.

"Udah tau masih nanya!" Ardian masih saja julid. Di samping Alda ia tak henti menggerutu.

"Iya." Alda mengangguk. Kembali melemparkan senyuman yang membuat Ardian di sampingnya sudah mirip seperti cacing kepanasan.

"Udah semester berapa?"

"Orang kepo semoga cepat keriput! Aamiin."

Alda memelototi suaminya yang diam-diam masih sibuk merutuki Aksa.

"Baru semester 6."

"Ja---"

"Sayang, ambilin air minum dong. Haus nih," kesal dengan rentetan tanya Aksa yang tak ada habisnya, Ardian buru-buru memotong ucapan pemuda itu. Alda menurut saja. Tanpa banyak protes, ia melaksanakan pinta Ardian.

ARALDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang