33. Misteri

1.1K 116 2
                                    

Seorang gadis yang baru turun dari lamborghini veneno roadster mengundang beberapa mata untuk terang-terangan menatapnya. Dengan gaya anggun melepas kaca mata, ia berjalan bak seorang model. Tanpa menghiraukan banyak mata yang menatapnya, ia lantas memasuki gedung Citramaya Media.

"Saya mau buat janji temu dengan bapak Dirgantara Ridwan Alessio. Kalau dia bertanya, bilang kalau Almeira Aishrabella yang mau bertemu."

"Maaf, Mbak. Tapi, beliau ada--"

"Usahakan agar saya bisa bertemu dengannya!" titah Meira tegas. Tak lupa menyodorkan amplop ke arah wanita bermata sipit tersebut.

"Baik, silakan menunggu di sana." Wanita tersebut mengarahkan Meira untuk menuju sebuah sofa besar khusus untuk menjamu tamu.

"Saya tunggu," katanya sembari duduk dengan anggun.

Butuh setidaknya 30 menit untuk Meira menunggu. Rasa kesal itu ia tahan mati-matian. Andai dirinya tidak ada keperluan dengan sosok yang tengah ditunggunya, tentu ia tidak akan mau buang-buang waktu menunggu seperti ini.

"Setelah hampir dua tahun, kamu baru menampakkan diri."

Meira lantas berbalik. "Waktu berharga saya terbuang percuma karena kamu!" katanya sembari meletakkan dengan kasar dua lembar foto ke atas meja.

Sosok itu menghela. Ikut mengambil tempat untuk duduk di sisi Meira. "Aku nggak nyangka kalau kamu mau repot-repot ikut campur dalam masalah ini."

"Ridwan, Ridwan, sampai kapan kamu mau terus iri sama kehidupan Ardian?" Meira bersedekap dada. "Saya pikir mencoba menjadi Mr. X demi menghancurkan kehidupan Ardian amat sangat menjijikkan."

"Kamu seyakin itu kalau Mr. X adalah aku?" Ridwan menaikkan sebelah alisnya.

Gadis itu tersenyum sinis, "Ayolah, tutup mata sekalipun saya akan tau kalo itu kamu. Saya mengenal kamu lebih dari siapapun."

"Aku nggak nyangka kalau kamu belum move on," balas Ridwan jenaka.

"Hanya orang gila yang nggak bisa move dari manusia berkelakuan setan seperti kamu!" Meira membalas telak. Sejak tadi gadis itu tetap mempertahankan nada formalnya. "Jangan berusaha mengalihkan pembicaraan!"

"Saya bukan datang ke sini untuk membahas masa lalu. Saya cuma minta hentikan semua ini atau kamu akan tau akibatnya!" pintanya tegas.

Sementara pemuda itu tertawa mengejek. "Kamu datang ke sini cuma untuk mengancam aku? Bermodalkan foto yang belum bisa menjadi bukti kalau Mr. X itu adalah aku?" Ia tatap Meira dari ujung kepala sampai kaki. Tatapannya begitu meremehkan. "Selera berpakaian kamu cukup meningkat setelah kita putus. Tapi, aku nggak nyangka, kamu sebegininya bantuin Ardian. Biar apa? Mau caper biar bisa balikan lagi?"

Meira tertawa kecil. "Ternyata, sekalinya bajingan tetap bajingan, ya." Gadis itu lantas berdiri dari duduknya. "Saya akan cari bukti yang bisa menjebloskan kamu ke penjara."

"Lalu bagaimana kalau aku bukan Mr. X? Kamu bisa terkena pasal pencemaran nama baik loh."

Meira berbalik sebentar. Tersenyum miring saat mengatakan, "Kita lihat saja apa yang bisa saya lakukan!"

"Foto yang kamu punya belum bisa membuktikan kalau Mr. X adalah aku. Buktikan dulu kalau kecurigaan kamu itu benar!"

"Akan saya buktikan!"

~♡♡♡~

Meira menatap foto yang ada di genggamannya dengan helaan napas panjang. Foto itu adalah foto Mr. X dan Alda di hotel Amanda. Mr. X yang diyakininya adalah Ridwan.

Awalnya mungkin Meira tidak bisa menebak siapa gerangan laki-laki yang tertidur sembari memeluk Alda itu, tapi melihat dan mengamati postur tubuhnya, Meira amat yakin jika ia adalah Ridwan. Terlebih dengan dugaan Ridwan yang tak pernah ingin membiarkan Ardian berada setingkat lebih tinggi di atasnya menjadi alasan utama Meira menaruh curiga.

"Menyangkal lah sejauh yang kamu mampu, Ridwan. Tetap saja mata itu nggak bisa bohong. Kamulah pelakunya."

Meira membolak-balik foto tersebut. Foto yang didapatkannya dari Geo. "Saya sampai melupakan kalau kamu adalah anak dari pendiri Citramaya Media. Kalau berita besar ini menyebar, bukan kamu saja yang akan hancur. Tapi perusahaan itu juga."

"Tapi, perempuan yang sering meneror Alda itu siapa, ya? Kalau memang bukan Netta, lalu siapa?" Meira tampak berpikir keras. "Sebenarnya, ada berapa orang yang terlibat dalam kasus ini?"

Getaran dari ponselnya menarik Meira dari lamunan. Di layar terlihat nama Chiko.

"Ada laporan apa?" tanyanya to the point.

"Bos, kami tidak menemukan bukti apapun yang bisa memberatkan Netta dan Aksa dalam kasus ini."

Meira menghela lega. "Syukurlah kalau begitu."

"Tapi, Bos. Kita tetap perlu berhati-hati. Soalnya, saya dapat bukti percakapan Netta dengan tantenya Ardian. Mereka merencanakan hal buruk untuk pernikahan Ardian dan Alda."

"Tantenya Ardian yang mana?"

"Di kontaknya tertulis Tante Elya. Dia masih ada di luar negeri. Dari percakapannya, mereka akan menjalankan rencana setelah si tante Elya ini pulang."

Meira memijat pelipisnya pelan. "Ya Tuhan, kenapa musuhnya Ardian dan Alda banyak banget, sih?"

"Yaudah, awasi terus Netta. Jangan sampai dia melakukan hal-hal gila!"

"Siap bos!"

Tak lama panggilan dari Delgan ikut masuk.

"Lapor Bos, tadi ada tukang paket datang ke rumahnya Ardian dan Alda. Dia bawa paket yang ternyata isinya ular piton."

Meira menghela panjang. "Terus, ular itu dilihat Alda atau Ardian, nggak?"

"Nggak kok, Bos. Paket itu kami yang ambil. Ularnya sudah kami amankan."

"Tukang paketnya sudah kami interogasi. Tapi dia bilang, paket itu dikirim sama anak kecil. Katanya untuk Alda, tantenya. Eh, pas kami introgasi anak kecil itu, dia bilang disuruh sama kakak cantik. Soal siapa yang nyuruh itu, kami masih menyelidiki."

"Oke, kalian awasi terus rumah Ardian dan Alda. Jangan sampai kecolongan!"

"Siap, Bu Bos!"

Meira memainkan ponselnya sembari berpikir keras. "Perempuan ini sepertinya sudah mulai sadar kalau sedang dimata-matai."

"Semua orang yang berpotensi melakukan kejahatan ini tidak terbukti bersalah. Jadi siapa perempuan ini dan apa motifnya?"

~♡♡♡~

Hope you like it!

See you next part...

Brownisgosong
Senin, 8 Januari 2024
21.04 WITA

ARALDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang