“Pernikahan kak Aksa mewah banget, ya.” Di tengah hiruk pikuk keramaian pernikahan Aksa dan Nada, Alda dibuat terkagum-kagum saat melihat pesta pernikahan kakak iparnya.
“Kita kan juga dulu kayak gini.” Ardian menggandeng tangan gadis itu untuk naik ke atas pelaminan. Agaknya, perseteruan pemuda itu dengan kakaknya sudah mulai mereda.
“Selamat atas pernikahan kalian. Gue nggak tau sebenarnya lo pelet Nada pake apa sampai dia mau terima lamaran lo dan akhirnya kalian nikah hari ini.” Itu adalah kalimat dari Ardian. Pada akhirnya, ia menyalami tangan Aksa.
“Semoga langgeng.” Ardian yang hanya berniat menepuk pelan bahu Aksa mendadak terkejut saat Aksa menarik dirinya dan memeluknya ala laki-laki.
“Sebenarnya, gue udah capek musuhan,” ujar pemuda itu di belakang Ardian. Tak lama, ia melepaskan pelukan mereka. “Damai, ya?” katanya seraya menaikkan dua jari.
Ardian memutar bola mata. Namun tak urung menganggukkan kepala. “Awas aja lo punya niat busuk lagi. Gue sumpahin jadi monyet!”
Aksa tertawa kecil. “Iya, nggak lagi. Udah tobat gue mah,” ujarnya mengacungkan jempol.
“Samawa ya.” Giliran Alda yang menyalami tangan Aksa. Gadis itu sudah hendak mengulas senyum ketika Ardian begitu saja membekap mulutnya.
“Jangan senyum! Aksa itu predator terbesar di sini.”
Melihat itu, Nada terkikik geli. Sementara Aksa memutar bola mata. “Mulai!”
Setelahnya, Ardian menghampiri Nada, “Semoga langgeng.”
Nada tersenyum. “Terima kasih,” balasnya seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
“Itu Aksa dibina, ya. Otaknya suka korslet soalnya. Tolong dibawa ke jalan yang benar. Kalo dia keras kepala, ruqyah aja.”
Nada hanya tersenyum membalasnya. Sementara Aksa sudah lebih dulu mendorong Ardian agar turun dari pelaminan. “Gue nggak ngundang lo buat datang meracuni otak bini gue, ya!”
“Emang bener kok kelakuan lo kadang mirip setan.”
Aksa merebut kipas dari tangan Nada. Tak segan menggeplak kepala Ardian. “Pulang nggak lo!”
Alda dan Nada tertawa bersamaan. “Biarin aja. Mereka emang sama-sama nggak waras kok.” Itu adalah tanggapan dari Alda.
~♡♡♡~
“Eh, kenapa nih?”
Alda yang tengah duduk di bangku taman belakang rumah dibuat terkejut saat Ardian tiba-tiba menutup matanya dengan sebuah kain.
“Diem dulu. Tutup matanya jangan dibuka.”
“Oke.”
Sementara itu, Ardian mulai sibuk memasangkan kalung ke leher Alda. Tak sampai dua menit, ia kembali membuka penutup mata gadis itu.
“Nih, buat kamu.” Tak hanya itu, ketika pertama kali membuka mata, Alda dapat melihat Ardian yang tengah berdiri di hadapannya sembari menyodorkan satu buket mawar putih.
“Cantik banget bunganya. Kalungnya juga. Makasih ya, Mas Suami.” Senyuman Alda mengembang sempurna. Begitu saja ia memeluk Ardian erat.
Ardian tersenyum. Ia mengusap lembut punggung Alda. “Syukurlah kalo kamu suka.”
“Jadi, ini hadiah anniv kita yang ke satu tahun?”
Ardian menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. “Ya, kira-kira gitu, sih. Maaf ya, hadiahnya nggak seberapa. Nanti malam, kita rayain hari anniversary kita di resto kesukaan kamu, gimana?”
KAMU SEDANG MEMBACA
ARALDA [END]
RomanceSiap untuk petualangan yang penuh teka-teki, romansa, dan komedi? Cerita ini mengisahkan seorang pemuda konglomerat yang hidup dalam kemewahan dan seorang gadis mahasiswi biasa yang hidup sederhana. Keduanya terjebak dalam pernikahan yang tak terdug...