43. Masih berharap?

395 18 1
                                    

Mau aku tamatin hari ini, mau ngga?

•••

S

etelah 1 jam keduanya terpisah, kini Iqbaal memasuki ruangan (Namakamu).

"Apa kamu udah ada jawaban?"

(Namakamu) mendongak dan menatap ke arah Iqbaal.

"Kak-- aku gatau" lirihnya

Iqbaal menghela nafas dan mendekat kepada (Namakamu).

"Kamu mau kan bahagiain orang tua kamu?"

"Iya"

"Kalau gitu, sekarang kita kasih tau semuanya. Biar kamu bisa berobat dan kamu bisa sembuh, kejar impian kamu buat bangga mereka"

(Namakamu) menatap Iqbaal yang mengangguk menyakinkan kepadanya.

"Tapi, aku takut kak"

Iqbaal menggenggam tangan mungil (Namakamu) dan mengusapnya pelan.

"Kakak yang akan jelasin semuanya"

"Tapi--

"Apa?"

"Aku kasih tau mereka setelah hari kelulusanku boleh kan?"

"(Nam)--

"Hari kelulusanku itu lusa. Ngga lama kan?"

Iqbaal menghela nafas dan menganggukkan kepalanya. Ia tak bisa memaksa (Namakamu) kembali, setidaknya ia sudah mau menceritakan kepada orang tuanya.

Kini keduanya sudah keluar dari rumah sakit. Sesampainya di rumah, (Namakamu) segera masuk menuju kamarnya. Ia menghela nafas sembari menatap isi kamar yang penuh dengan buku.

"Gue ngapain ya enaknya?" gumamnya

Hampir 5 menit berfikir, ia memutuskan untuk membersihkan kamarnya. Ia mengambil beberapa kardus dan memasukkan semua buku pelajaran dan juga novel miliknya. Butuh waktu hampir 1 jam (Namakamu) membereskan semua buku itu. Ia mengambil selembar kertas dan menempelkannya di atas kardus itu.

'Buku ini disumbangkan ke panti asuhan'

"Akhirnya selesai"

(Namakamu) kembali menatap sekeliling dan tersenyum. Kamarnya yang dulu dipenuhi buku, kini sudah terlihat kosong karna berkurangnya buku-buku miliknya.

"Awshh"

Brakk

(Namakamu) merasakan pusing yang luar biasa hingga membuatnya tersungkur di lantai dan membentur meja belajar nya.

"Ngga. Gue harus kuat"

(Namakamu) berusaha berdiri dan mengambil obatnya yang ada di tas tadi. Setelah meneguknya, ia memilih untuk beristirahat.

Di sisi lain, Iqbaal malam ini tengah merenung di dalam kamarnya. Iqbaal memilih duduk di balkon kamar dan menyeruput kopi di tangannya.

"Dewasa ternyata ngga enak"

Iqbaal menghela nafas dan menatap langit malam.

"Kenapa harus (Namakamu). Dia butuh bahagia, kenapa ada aja masalah dalam hidupnya"

Tokk

Tokk

Tokk

"Masuk"

Ternyata itu adalah mama dari Iqbaal.

"Kenapa ma?"

BATAS WAKTU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang