31. Rendra

266 16 6
                                        

(Namakamu) berjalan dari parkiran menuju kelas dengan sebuah senyuman yang terukir jelas di bibirnya. Ia ingin terlihat baik untuk pagi ini.

"Hai"

Ia menoleh ke samping dan mendapati Ayres yang kini mengikuti langkahnya.

Ia menoleh ke samping dan mendapati Ayres yang kini mengikuti langkahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai"

Keduanya hanya saling sapa dan kembali terdiam. Entah mengapa Ayres kini sedikit bingung harus memulai pembicaraan dari mana.

"Emm.. Bentar lagi udah mau UTBK. Artinya, bentar lagi kita bakalan lulus"

"Iya nih. Ngga kerasa juga kita mau lulus SMA. Padahal rasanya baru aja masuk kelas 10"

"Kita ngga akan pisah kan?"

Langkah (Namakamu) terhenti saat mendengar pertanyaan dari Ayres.

Langkah (Namakamu) terhenti saat mendengar pertanyaan dari Ayres

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa pertanyaan kamu gitu?"

Ayres pun juga ikut berhenti dan menatap (Namakamu) yang kini wajahnya terlihat sedang kesal.

"Bbuu--bukannya gitu (Nam)"

(Namakamu) kembali melangkahkan kakinya begitupun juga dengan Ayres.

"Kenapa pertanyaan aku ngga dibales (Nam)?"

"Gaada yang tau kedepannya gimana Res. Aku gamau nebak, biarin takdir yang nentuin"

Ayres yang mendengar penuturan dari (Namakamu)  itu hanya menganggukkan kepala. Ia juga tidak ingin menebak-nebak apa yang akan terjadi nantinya.

Hingga kini keduanya sudah berada di dalam kelas. Terlihat belum banyak yang datang dan hanya beberapa anak di kelas.

"Res"

Ayres menoleh ke arah pintu yang ternyata itu adalah Jira, sekretaris ketua osis pada masa bhakti mereka.

"Kenapa?"

"Dipanggil Pak Rafi"

"Oke"

Ayres menatap (Namakamu) yang baru saja mengeluarkan beberapa buku miliknya.

BATAS WAKTU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang