36. Kacau

274 18 0
                                    

"Kak Iqbaal"

(Namakamu) berdiri dan memeluk erat tubuh Iqbaal. Iqbaal yang mendapat perlakuan itu pun hanya bisa membalasnya meskipun banyak sekali pertanyaan di dalam otaknya.

"Kamu kenapa hm?"

"Kak, aku capek"

"Kita duduk di kursi sana dulu ya"

Iqbaal memapah (Namakamu) untuk duduk di sebuah kursi yang ada di dekat mereka. Iqbaal kembali memeluk Ara untuk memberi ketenangan.

 Iqbaal kembali memeluk Ara untuk memberi ketenangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Capek banget?"

"Hikss,, aku gatau mau ngapain kak, hikss.. Semua hancur, dan semua terjadi di hari ini hikss.. Kenapa semua orang jahat sama aku, kenapa gaada yang mau liat aku bahagia, kenapa kak, hikss"

Iqbaal yang masih senantiasa mengusap lembut bahu (Namakamu) pun terhenti dan melepas pelukan itu. Ia menatap kedua mata (Namakamu) yang memerah akibat air mata yang terus keluar.

"Hei, kata siapa gaada yang mau lihat kamu bahagia? Semua orang mau kamu bahagia, termasuk aku"

(Namakamu) masih terisak dengan tangisnya meski kini sudah tak bersuara lagi. Ia mengusap sisa air matanya dan menatap sosok pria dihadapannya ini.

"Ada masalah apa hm? Kok sampek kayak gini" tanya Iqbaal sembari mengusap lembut rambut (Namakamu) yang sedikit berantakan

(Namakamu) terdiam dan mengalihkan pandangannya. Ia bingung apakah harus memberi tau Iqbaal tentang masalahnya saat ini.

"Kalau gamau cerita gapapa kok. Gausah dipaksa. Aku anterin pulang ya"

(Namakamu) menganggukkan kepala dan kemudian Iqbaal memapah tubuh (Namakamu) untuk berjalan ke rumahnya. Iqbaal membantu (Namakamu) hingga masuk ke dalam rumah. Keduanya disambut oleh Bi Sari dan Pak Yadi yang terlihat sangat khawatir oleh anak majikannya.

"Yaampun non, non dari mana to nduk"

"Iya non, kita khawatir banget sama non"

(Namakamu) hanya menatap kosong ke arah depan tanpa mau menjawab ucapan Bi Sari dan Pak Yadi. Iqbaal tersenyum ke arah keduanya untuk mewakili (Namakamu).

"Bi, minta tolong buatin susu hangat ya. Saya bawa (Namakamu) ke kamar dulu"

"Iya mas, nanti saya antar ke kamarnya non (Namakamu)"

Iqbaal menganggukkan kepala dan mulai memapah kembali (Namakamu) untuk ke kamarnya. Sesampainya di kamar milik (Namakamu), Iqbaal mendudukkannya di atas ranjang. Ia menghela nafasnya ketika melihat (Namakamu) masih menatap kosong ke depan.

Iqbaal mengalihkan pandangannya dari (Namakamu) dan tak sengaja pandangannya terarah pada beberapa buku yang masih tergeletak di meja kecil yang berada di atas karpet bulu itu.

Ia melihat setiap lembaran buku itu. Hingga pilihannya tertuju pada sebuah buku yang cukup tebal. Ia mengambil buku itu dan melihat sampul buku. Iqbaal memicingkan matanya, benarkah buku bimbel segitu tebalnya? Dirinya pernah mempunyai buku bimbel namun tak setebal itu.

BATAS WAKTU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang