17. Curhatan Ayya

299 21 3
                                    

Hari Minggu ini sang bunda mengajaknya pergi menuju bandara untuk mengantar sang Ayah yang akan bertugas ke Palembang.

Ayya?

Dia hari ini juga sedang libur dan memilih untuk mengantar sang ayah juga.

"Hati-hati ya mas" ucap bunda seraya memeluk suami nya itu

"Iya" ayah pun membalas pelukan itu dan mengecup kening istrinya. Setelah melepaskan pelukan itu, giliran Ayya yang memeluknya.

"Ayah hati-hati ya, jangan sakit soalnya gaada kita disana buat jagain ayah"

"Iya. Ayah janji bakal sehat terus"

(Namakamu) hanya menunduk tak ingin menatap sang ayah yang nantinya justru membuat air matanya jatuh.

"(Namakamu), gamau peluk ayah dulu?"

(Namakamu) melirik sang ayah yang sudah merentangkan kedua tangannya mengisyaratkan sang anak untuk segera membalasnya. (Namakamu) yang tak kuasa menahan tangis nya pun segera menubrukkan tubuhnya pada dada bidang sang ayah.

"Hikss,, ayah jangan lama-lama ya. Nanti kalau (Namakamu) lulus sekolah, ayah harus udah ada disini hikss"

"Heii,, kok nangis sih hm.. Ayah janji ayah bakal cepet pulangnya"

Tak lama pemberitahuan agar penumpang segera memasuki pesawat pun terdengar. Mau tidak mau ketiganya harus melepaskan sang ayah yang harus segera berangkat.

"Kalian, bidadari ayah, hati-hati ya selama ayah jauh dari kalian. Ayah janji akan jaga kesehatan dan pulang secepat mungkin"

Ayya merangkul sang adik yang masih menatap sendu kepergian ayahnya itu.

"Ayo pulang" ajak bunda

Kedua anaknya pun mengangguk kemudian mengikuti langkah sang bunda yang perlahan meninggalkan bandara. Ayya duduk di depan bersama bunda, sementara Ara duduk di kursi belakang.

"Libur berapa hari kak?" tanya bunda

"3 hari. Lusa udah balik ke asrama"

"Rencana kamu apa selama libur?"

"Mau ketemuan sama temen SMA, boleh kan bun?"

"Boleh dong. Kamu kan setiap hari harus latihan, belajar, jadi sekalinya libur harus dimanfaatin buat kesenangan kamu"

"Makasih bunda"

Ucapan yang terlontar dari mulut bunda nya itu membuat Ara melirik sekilas.

'Setiap hari harus latihan? Belajar? Sekalinya libur harus dimanfaatin buat kesenangan kamu?'

Lalu bagaimana dengan (Namakamu) yang juga setiap hari memiliki jadwal sekolah dari jam 7-3 sore, dilanjut bimbel hingga 7 malam, sesampainya di rumah harus kembali belajar hingga pukul 11 malam. Tapi tak pernah sang ibu mengizinkannya bermain untuk kebahagiaannya.

Oh, ia baru ingat. Ia boleh main jika itu bersama Dipta.

Iqbaal.

Selain itu tak akan diperbolehkan. (Namakamu) juga merasa tak enak hati jika harus terus meminta waktu Iqbaal yang notabenya bukanlah kekasih nya, melainkan orang baru yang ia kenal sebagai anak dari teman ibunya.

"(Namakamu)"

"Iya bun?"

"Kemarin Mas Tian bilang sama bunda kalau minggu depan dia gabisa ngajarin kamu lagi kan? Kamu gausah khawatir, bunda udah nemuin guru pengganti nya"

"Hah? Secepat itu bunda nemuin guru lain? Padahal Mas--

"Sebenarnya Tian udah bilang sama bunda dari minggu kemarin makanya bunda cari guru lain yang mau. Dia cewek, baru lulus sarjana ekonomi. Sambil nunggu interview kerja, dia mau buat jadi guru kamu"

BATAS WAKTU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang