Sepulang sekolah kali ini, Ayres mengajak (Namakamu) untuk pergi bermain sebentar. Namun (Namakamu) sempat menolak karna pasti sang bunda tidak memperbolehkannya. Tapi Ayres tidak ingin menyerah, ia mengatakan jika dirinya akan meminta izin langsung kepada bunda tania. Dan benar saja, kini Ayres tengah duduk di hadapan bunda tania.
"Mau apa?" tanya bunda
"Tante, ini kan malam minggu. Ayres boleh ajak (Namakamu) main sebentar?"
"Kalian udah kelas 12 loh, masih aja seneng main kayak anak kecil aja"
Ayres hanya mampu menunduk saat mendengar jawaban bunda tania itu. Sedangkan (Namakmau) yang berada di samping bunda nya pun juga tak berani mengatakan apapun.
"Hufftt,, yaudah untuk kali ini bunda izinin kamu main sama Ayres. Tapi ingat, jam 8 udah harus sampai dirumah. Kamu harus belajar lagi. Apalagi besok kamu juga mau main lagi kan?"
(Namakamu) dan juga Ayres langsung mendongakkan kepala mendengar izin dari bunda tania.
"Bunda serius? Iya, aku gaakan pulang lebih dari jam 8 kok. Makasih ya bunda"
Sangking senangnya, (Namakamu) langsung memeluk bunda nya dengan penuh sayang.
"Kamu kenapa seneng banget sih?"
"Gimana aku ngga seneng, jarang banget bunda ngebolehin aku main semenjak kelas 11 SMA, dan sekarang bunda izinin aku main ya jelas aku seneng"
Tak taukah (Namakamu), sang bunda kini tengah menahan sesak di dada akibat ucapan sang anak?
Tania kini justru dilanda rasa bersalah karena sering melarang sang anak untuk bermain dan memaksanya untuk belajar dan belajar. Namun, tujuannya bukanlah buruk, ia ingin sang anak lebih sukses dari dirinya dahulu.
"Makasih ya tante, udah izinin Ayres ajakin (Namakamu) main"
"Iya. Yaudah kamu ganti baju dulu sana"
(Namakamu) mengangguk lalu berlalu menuju kamarnya. Tinggallah Bunda Tania dan juga Ayres.
"Kamu habis ini lanjut kuliah dimana Res?"
"Kemungkinan mau ke Amerika tante"
"Oh ya? Jauh banget, kenapa ngga di Indonesia?"
"Kebetulan kerjaan ayah pindah kesana, jadi ayah sama bunda juga mau aku kesana"
"Bagus kok. Pendidikan disana juga luar biasa, kamu harus lebih sukses ya dari ayah kamu"
"Iya tante, pasti"
"Itu memang keinginan kamu sendiri buat sekolah disana? Kamu kan bisa aja nolak"
"Awalnya aku juga nolak, tapi aku juga gamau jadi anak yang membangkang orang tua. Tapi sebenernya ayah sama bunda juga ngga maksa aku buat ikut kok tante, ya aku cuma mikir aja mereka udah berumur, takut kalau ada hal yang ngga diinginkan terjadi disana"
"Orang tua kamu baik ya, gapernah nuntut segala hal sama kamu"
"Iya tante" Ayres membalasnya dengan senyuman tipis
"Ngga kayak tante, suka banget nuntut (Namakamu) buat ngelakuin semua keinginan tante"
"(Namakamu) pernah cerita sama kita, dia ngga keberatan kalau dia masuk kedokteran demi cita-cita tante dulu. Karna dia sayang sama tante, makanya dia mau kasih yang terbaik"
"(Namakamu) ga--
"Res, udah nih"
Bunda Tania yang sempat menjatuhkan air matanya langsung saja menghapusnya sebelum sang anak melihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS WAKTU [END]
Roman pour Adolescents"Bunda cuma ngelakuin ini demi kebahagiaan bunda sendiri" "Kamu bilang apa? Bunda ngelakuin ini demi kebahagiaan bunda sendiri? Apa bunda seperti itu di hati kamu?" "Mungkin" "BUNDA NGELAKUIN INI DEMI KAMU!! DEMI MASA DEPAN KAMU! BUNDA GAMAU ANAK...