39. Rumah Iqbaal

318 21 1
                                    

Iqbaal kini menyuapi Ayya.

"Baal, orang tua gue kemana sih? Kok ngga kesini"

Iqbaal menghela nafas dan menaruh mangkuk di atas nakas.

"Ada yang kalian sembunyiin dari gue?"

"Gue kasih tau, tapi lo janji sama gue buat ngga banyak gerak"

"Iya. Cepetan"

"Om Jef sama Tante Tania lagi ngurus masalah (Namakamu)"

"(Namakamu)? Ada masalah apa sama dia Baal?" tanya Ayya yang mencoba untuk menggerakkan badannya

"Ay, jangan banyak gerak, luka lo belum kering"

"Iya, iya, maaf"

"Huh, tempat bimbel adek lo kena kasus penipuan. Ternyata selama ini soal-soal yang dikasih itu soal bocoran ujian bulan depan"

"APA? KOK BISA SIH"

"Lo tenang dulu dong Ay"

"Ya gimana gue bisa tenang kalau adek gue kena masalah kayak gitu. Dia pasti stres banget sekarang. Dia ngga sekuat yang orang lain bayangkan. Dia lemah Baal"

Iqbaal melihat Ayya yang kini menundukkan kepala. Benar katanya, (Namakamu) saat ini sangat lemah. Iqbaal tak ingin menceritakan kondisi (Namakamu) yang sempat memberontak beberapa hari itu.

"Terus, apa orang itu udah dipenjara?"

"Ya. Bahkan kantornya juga udah ditutup buat masa penyelidikan"

"Kondisi (Namakamu) gimana?"

"Dia baik-baik aja. Ada Ayres yang jaga dia"

Iqbaal tersenyum untuk meyakinkan Ayya. Sedangkan Ayya memasang wajah masam nya.

"Sorry"

Iqbaal mengerutkan kedua keningnya.

"Buat?"

"Gara-gara gue, lo sama (Namakamu) saling menjauh. Kalau aja waktu itu gue--

"Ay, udah gausah dibahas ya. Yang penting kondisi lo sekarang lebih penting"

"Baal"

"Hm?"

"Gue boleh ketemu Rendra?"

•••

Kini (Namakamu) sedang makan malam bersama kedua orang tuanya. Ayres? Ia sudah pulang sore tadi.

"Bunda, ayah, Kak Ayya siapa yang jaga?"

"Ada Iqbaal disana" balas sang bunda

(Namakamu) yang mendengar itu pun kembali melanjutkan makan dengan sedikit malas. Beberapa hari lalu Iqbaal menjaganya, sekarang menjaga kakaknya. Sebenarnya siapa yang lebih dipentingkannya?

"Habis makan malam kita kesana, kasian Iqbaal" ucap Jeffery

"Iya sayang"

Seusai makan malam, mereka bertiga segera bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Selama di perjalanan, (Namakamu) hanya menatap kosong ke luar kaca mobil.

'Soal itu adalah bocoran soal ujian kamu bulan depan'

'Ngg--ngga mungkin. Kakak tau dari mana emang?'

'Temen kakak punya salinan soal itu. (Namakamu), kakak mohon sama kamu, berhenti dari sana. Ini ngga masuk akal, kamu anak pintar tapi kenapa harus dibodohi kayak gini? Ini sama aja kamu bermain curang'

'Ngga, ngga mungkin. Bunda udah bayar dia mahal bahkan hanya orang tertentu yang bisa masuk kesana. Banyak yang percaya sama dia. Ngga mungkin dia kayak gitu kak. Mungkin kakak salah'

BATAS WAKTU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang