46:) ALANA CINDY

116 5 0
                                    

***

Sekarang semua orang sudah berkumpul di ruangan Alana, sore ini mereka akan membahas kejadian kemarin. Alana yang duduk anteng di Brankar, dan disisinya ada Anggun yang menemani.

"Oke! Sekarang kita bahas! Alana cerita sekarang." Pinta Samuel

Alana mengerutkan keningnya,
"Buat apa?" Tanyanya,
Dirga memutar bola matanya,
"Ya kan kita juga harus tau Al sayang..." Ucap Dirga gemas

Alana menggeleng,
"No! Gak penting buat kalian." ucapnya
"Ngomong atau motor kamu papa sita!" Ancam Arga

Alana mendengus sebal, lalu menoleh ke arah sang mama.
"Mama..." Rengek Alana dengan wajah dibuat seimut mungkin, Anggun langsung menatap suaminya tajam.

Dengan cepat Calvin dan Bayu menghampiri Alana, lalu...

Pletak!

"ANJ--- astaghfirullah.... " Gumam Alana

"Kenapa sih?!" Tanya Alana sewot
Bayu berkacak pinggang,
"Lo mau nyogok tante Anggun pake muka imut lo hah?! Tinggal ngomong doang apa susahnya!" Omel Bayu

Bugh!

"Anjir!" Pekik Bayu dan Calvin serempak, semuanya terkejut lalu tertawa terbahak-bahak.
Mereka berdua menatap Devan sinis,
"Berani jitak kepala Alana kepala lo berdua lepas." Ancam Edgar membuat mereka kicep.

Alana menjulurkan lidahnya,
"Gila." Gumam mereka berdua, lalu kembali duduk.
"Mending bahas yang lain.." ucap Alana

"Bahas apa?" Tanya Rizky.
"Terserah." Ucap Alana

"Gimana Setiap pertanyaan yang kita ajukan kamu harus jawab?" Tanya Anggun pada putrinya

Alana berfikir sejenak lalu mengangguk kecil,
"Boleh." Ucapnya disetujui oleh yang lain.

"Siapa dulu?" Tanya Alana
"Papa dulu." Ucap Arga

Alana mengangguk,
"Mm... Gimana caranya kamu bisa kenal Anindito?" Tanya Arga

Alana mengangguk,
"Setahun kepergian abang, Al kenal Rilo sama Riza. Nah, Rilo itu papanya seorang anggota kepolisian, kebetulan juga kita saling kenal dan lama² akrab. Sekitar 3 bulan Alana sering banyak curhat ke Om Ardan, dan akhirnya dia mau bantu buat cari siapa pembunuh sebenarnya bang Bian, dan cuman butuh waktu 2 bulan Al dapet semuanya. Dan semenjak itu Al kumpulin semuanya, jadi sebuah berkas penting yang dijaga ketat sama papa Rilo. Dan saat perusahaan RRA GROUP jatuh di tangan Alana, Al langsung cari semuanya dari awal papa kenal Om Dito, dan Al juga dapet satu informasi yang selama ini Om Dito sembunyikan." Jelas Alana
"Apa?" Tanya Samuel

Alana mengangguk kecil,
"Sebenarnya Om Dito itu baik, malah baik banget. Saking baiknya banyak orang yang sering manfaatkan dia, dan waktu dia berumur 5 tahun papa Om Dito, maksa Om Dito buat belajar bisnis. Aneh bukan? Umur segitu mana ngerti yang kayak gitu? Tapi memang kenyataannya kayak gitu, papa Om Dito selalu ngatur kehidupan Om Dito, sampai dimana Om Dito ada dititik yang paling ia benci." Alana menghentikan ucapannya, membuat semuanya menatapnya.

"Waktu dia umur 12 tahun, perusahaan papa Om Dito mengalami rugi besar, yang diakibatkan kesalahan. Dan kalian tau siapa pelakunya? Itu Om Dito sendiri, waktu itu dia gak konsen karena disekolah lagi ada ujian semester. Dan papa Om Dito memarahi Om Dito habis-habisan, dari mukul, tendang dan sebagai perlakuan fisik lainnya, mengakibatkan Om Dito mengalami trauma. Dan semenjak itu Om Dito menjadi lebih dingin dan tidak mempercayai siapapun. Sekitar umur 14 tahun dia ketemu tante Ara, tante Ara lah yang udah rubah Om Dito. Makanya waktu tante Ara meninggal Om Dito jadi kayak gini, dan bikin Om Dito jadi jahat." Jelas Alana, semuanya diam dengan pikiran masing-masing.

Alana menatap semuanya,
"Al... Boleh mama dengar cerita waktu kamu kehilangan ingatan kamu?" Tanya Anggun memecahkan keheningan.

Alana menatap mamanya sedikit ragu, dalam hatinya dia masih engan menceritakannya, tapi ini adalah waktunya dia untuk jujur.
"Waktu itu Al ada jadwal belajar sama Bu Yaya, guru IPA Alana di SMP kelas 2 semester 1. Alana di tunjuk buat ikut dalam perlombaan antar sekolah. Waktu itu Al maksa buat dateng tanpa ditemani Rilo ataupun Riza, dan mereka setuju... Al belajar selama 2 jam, dan setelah itu Al pulang. Waktu Al pulang Al mau ke toilet, dan selesai Al keluar dan gak taunya ada.... D-dia.." lirih Alana diakhiri kalimat, semuanya diam mendengarkan.
"Dia datang sama dua temannya, dan mukul Al sesuka mereka. Karena semenjak ada Riza sama Rilo, dia gak bisa sakitin Al lagi. Dan mereka mendapatkan kesempatan besar, dimana Al cuman sendiri waktu itu. Lia mukul Al, bentur Al ke Dinding, nendang Al sampai dimana dia... Dorong Al ke dinding kamar mandi, dan... Benturan itu keras bangen sampai darah keluar, dan gak lama pintu kamar mandi kebuka, disana ada Riza sama Rilo dan saat itu juga Al pingsan." Jelas Alana dengan keringat dingin membasahi tangannya, bahkan tatapannya sudah berganti menjadi kosong.

Bahkan Anggun sudah menangis mendengarnya,
"Waktu Al sadar di rumah sakit... Al gak inget siapapun, bahkan Riza sama Rilo, dan selama 10 bulan Al mulai ingat sedikir² karena ikut kemoterapi. Dan hasilnya cukup memuaskan, Al ingat semuanya walau kadang sering sakit di kepala." Jelas Alana merubah tatapannya menjadi biasa, lalu menatap mamanya yang sedang menangis.

Tangan Alana bergerak menghapus air mata mamanya,
"Mama ngapain nangis? Al kan udah inget udah sembuh, jadi gak usah nangis ya? Al gak suka." Ucap Alana lalu mencium pipi kiri Anggun.

Anggun mengangguk,
"Maafin mama ya? Mama sampai gak tau kamu kesiksa kayak gini, mama gak tau kehidupan kamu semenjak kejadian itu. Mama selalu takut gagal jadi orang tua, dan kali ini ketakutan mama jadi kenyataan. Maafin mama ya?" Ucap Anggun dengan air matanya, Alana menggeleng yang juga ikut menangis.

"Mama gak salah... Udah takdirnya kayak gini kan? Udah ya ma, yang penting kan sekarang kita bisa kumpul lagi." Ucap Alana, Anggun langsung memeluk anaknya, Arga yang melihatnya langsung ikut memeluk, kedua malaikat yang ia sayangi.

Arga mencium kening keduanya,
"Maafin papa yang dulu gagal jadi papa, maafin papa yang dengan bodohnya biarin putri kecil papa." Ucap Arga memeluk kedua wanita yang ia sayangi, Alana mengangguk dalam tangisnya.

Semuanya diam melihat ketiga orang yang sedang berpelukan, mereka tersenyum manis melihat hal itu. Bahkan Eza menitikkan air mata, ia tak pernah mendapatkan kasih sayang orang tua, tapi sahabat²nya selalu ada buatnya. Bahkan orang tua mereka senang menerima Eza seperti anaknya sendiri, dan tanpa sepengetahuan siapapun Eza selalu datang kerumah Alana karena gadis itu yang meminta.

Setia Eza tanya apa alasannya, Alana selalu jawab. "Al cuman mau liat Eza senyum, walaupun setiap hari Eza senyum tapi dibalik senyuman itu ada luka. Dan kali ini Eza harus anggap Al kayak adik, karena sekarang Eza adalah kakak Al. Abang Alana, dan bakal selamanya." Dan Eza? Tentu ia sangat senang, ia senang dapat merasakannya.

Bayu, Bara, Aditya, Eza, Rey, Calvin, Devan dan Ilona menghapus air mata mereka, lalu tatapan mereka jatuh pada seseorang. Dan detik itu juga mereka menahan tawanya.

Arga melepaskan pelukannya, lalu menghapus kedua air mata Alana dan Anggun.
"Ekhem" dehem Calvin dengan sekuat tenaga menahan tawa, semuanya menatap Calvin.

"Kenapa Cal?" Tanya Zico

Dengan sekuat tenaga Bayu menahan tawa, lalu berkata.
"Om Samuel kenapa nangis? Gak malu Om diliat banyak orang? Cengeng banget." Ledek Bayu, dan detik itu juga tawa semuanya pecah, Samuel buru-buru menghapus air matanya.

"Anak sialan!" Gumam Samuel mendengus.

Tok tok tok

oOo---ALAKASA---oOo
***







Revisi, 08 September 2022

ALANA CINDY (PRE-ORDER 2-23 SEPTEMBER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang