[ Prolog ] - Archeron De Louis

71.5K 4.9K 117
                                    

"Pelayan baru cepat ikuti aku!"

Perintah itu membuat  gadis berambut  hitam yang sebelumnya melamun seketika gelagapan. Cepat-cepat dia mengikuti wanita berpakaian glamour tadi daripada terus diam memikirkan situasi tempatnya berada saat ini.

Dua pelayan lainnya mengikuti, lalu ditengah jalan saat melewati lorong-lorong mewah, muncul pelayan dari arah dapur yang membawa segelas susu dan roti panggang berpapasan dengan wanita tersebut. Dari pakaiannya yang bagus, wanita itu mungkin nyonya disini dan melihat para pelayan menunduk hormat padanya maka sudah jelas wanita itu pasti orang penting disini.

"Salam hormat untuk Lady Louisa" ucap pelayan itu menundukkan kepala.

Wanita bernama Louisa itu mengernyitkan dahi ketika tatapannya melihat isi nampan yang dibawa pelayan itu. "Kemana kamu akan menyia-nyiakan roti dan susu yang masih bagus ini?"

"Maaf Lady, saya membawakan sarapan pagi untuk Tuan muda"

"Archeron?" tanya Louisa yang segera dijawab anggukkan kepala oleh pelayan itu. Louisa terkekeh sumbang, "Sudah kuumumkan pada seluruh pelayan untuk tidak memberi dia makan sampai minggu depan. Kau ini masih tertarik bekerja disini atau tidak?"

"Maaf Lady, dia baru kembali dari cuti karena sakit" Kepala pelayan muncul dan menarik gadis itu ke belakangnya. "Mohon maafkan dia, Lady. Dia belum diberitahu"

"Baiklah"

"Jangan diulangi" peringat Louisa tegas, tak mau seorangpun membantah atau melanggar perintahnya terutama membantu putra keduanya yang sedang menjalani hukuman.

Perjalanan dilanjutkan. Perlahan lorong-lorong megah mulai habis, terganti menjadi lorong gelap dengan lampu redup sebagai penerangan. Lorong ini rasanya dingin dan memiliki aura lembab, sungguh tidak nyaman untuk melewatinya.

Bagaimana bisa ada seseorang yang hidup disini?

Pertanyaan itu spontan muncul ketika akhir lorong menampilkan sebuah pintu cukup besar. Louisa mengeluarkan kunci emas dan memasukannya ke lubang kunci, memutar sebanyak tiga kali hingga akhirnya suara 'klek' menandakan terbukanya pintu itu.

Dua pelayan didepan membantu membukakan pintu untuk Louisa. Terlihat seorang anak laki-laki berbaring meringkuk diatas dinginnya lantas tanpa alas apa-apa. Pakaiannya juga sudah mulai lusuh. Kemeja yang tadinya putih telah berubah cokelat karena debu.

"Ibu?" anak laki-laki berusia 14 tahun itu beringsut berdiri dengan susah payah menahan lemas akibat tak diberi makan berhari-hari.

"Cambuknya!"titah Lousai dengsn tangan yang terbuka meminta benda yang ia sebutkan.

Dua pelayan di sisi Louisa menoleh ke arah belakang, memberi isyarat pada si 'Aku' untuk memberikan benda yang diinginkan Louisa. Benda yang entah sejak kapan sudah berada ditangan tanpa ia ketahui.

Ditengah ketertegunannya, seorang pelayan merampas cambuk dari tangan si 'Aku' lalu memberikannya pada Louisa. Bukan hal baru melihat pemandangan seperti ini, tetapi bagi si 'Aku' pemandangan ini sangatlah tidak nyaman terutama setelah ia sadar berpindah ke dalam novel yang pernah dibacanya.

"Sakit, Bu!" pekik anak laki-laki itu semakin ripuh.

Louisa tidak peduli. Dengan bengisnya lecutan lain ia daratkan ditubuh kurus anaknya sendiri. Dua pelayan dibelakang Louisa mengalihkan pandangan sembari refleks menutup kedua mata erat saat mendengar pecutan berikutnya mendarat diatas permukaan kulit putih pucat itu.

"Ampun.. ampun.. " anak laki-laki itu berusaha melindungi tubuhnya dengan meringkuk tetapi percuma saja karena lecutan cambuk tetap mendarat dipermukaan tubuhnya.

ArcheronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang