sisi lain

483 39 4
                                    

Pria itu tersentak dari alam bawah sadarnya, rautnya nampak panik menyadari kalau dia tengah berbaring di atas lantai. Segera dia menegakkan tubuhnya dan duduk seraya menyapu pandang sekelilingnya. Sepi, teramat sangat ketika dia membuka matanya. Dia tidak dapat mengingat kejadian apapun sebelum ini, dan mengapa tiba-tiba dirinya sudah ada di tempat yang sangat asing. Setahunya, tadi dia masih berada di kampus, mengobrol bersama teman-teman satu tongkrongannya seraya bercanda gurau.

Apa yang sebenarnya terjadi kepadanya? Kenapa tempat dia berada sekarang ini begitu aneh dan terkesan menyeramkan? Bangunan apakah yang dia tempati? Di mana teman-temannya yang tadi bersamanya? Pria berumur sekitar 22 tahun-an itu begitu kebingungan memperhatikan sekitarnya.

Perlahan, dia mulai berdiri dan berjalan mendekati sebuah jendela kaca yang ada dihadapannya. Dia ingin memeriksanya, siapa tahu teman-temannya ada diluar dan sekarang ini tengah bersekongkol hendak mengerjainya. Meskipun dia juga tidak begitu yakin dengan pemikirannya tersebut, sebab mengingat lokasi dia berada ini benar-benar tidak masuk akal dan belum pernah dia datangi sebelumnya. Apakah benar jika ini ulah teman-temannya yang usil?

Dia terjaga di tengah-tengah ruangan yang sangat luas dan berdebu. Sangat kotor, bahkan lantai keramik yang berwarna putih pun sudah tertutup tanah cukup tebal, menyisakan sedikit saja dari bentuk aslinya. Belum lagi banyaknya daun-daun kering serta ranting pohon yang entah darimana asalnya. Aneh sekali, padahal ruangan tersebut sangat tertutup dan fentilasinya juga tidak terlalu besar serta ada di bagian atas jendela kaca. Lalu, bagaimana daun juga ranting tadi bisa masuk sampai ke sini? Angin mana yang bisa menembus tembok beton? Mustahil.

Belum lagi dindingnya juga sudah penuh ditumbuhi lumut berwarna hijau tua kekuning-kuningan, serta terlihat juga dari atas langit-langit beberapa akar nampak menyelinap masuk. Kontur bangunannya sangat usang dan terkesan lapuk dimakan usia. Bau pengap juga terasa, kemudian terdapat genangan air di beberapa penjuru titik. Jangan-jangan sekarang ini dia berada di ruang bawah tanah. Atau akar yang terlihat itu adalah akar gantung dari sebuah pohon besar? Tapi, bentuknya kenapa sangat aneh?

Bisa dibayangkan betapa lembab, apek, dan sumpeknya tempat dia berada ini. Si pria benar-benar tidak bisa menebak di mana lokasinya sekarang ini. Rumah horor di film-film saja tidak se-menyeramkan ruangan tersebut. Ataukah mungkin dia sudah berada di dimensi lain? Gaib atau alien? Atau_ ah, tidak mungkin. Dia tidak mempercayai hal-hal mistis di luar nalar dan logika. Dia bukan anak kecil yang berumur lima tahun, jadi tidak akan terpengaruh akan pikiran konyol tersebut.

Tok, tok, tok

Si pria terperanjat dalam lamunannya. Dia yang sedang memperhatikan langit-langit yang dipenuhi akar menjuntai itupun segera menolehkan wajahnya, menatap ke arah jendela kaca. Keningnya mengernyit tatkala menemukan seseorang yang amat dia kenali tengah mengetuk-ngetuk permukaan kaca tersebut. Mulut orang itu bergerak seakan menggumamkan nama si pria.

"Mama," gumamnya masih tidak percaya dengan yang dia lihat.

Apakah sekarang dia berada di alam mimpi? Bagaimana bisa Mamanya ada di sini, padahal beliau sudah meninggal dunia dari dua tahun lalu? Si pria mematung di tempatnya, berharap jika benar ini mimpi maka dia tentunya akan sangat senang. Setelah sekian lama, akhirnya bisa melihat sang mama kembali walaupun di dalam mimpi. 

Pria itu lagi-lagi menatap bingung ke arah wanita itu. Tangan sang mama melambai-lambai seakan memintanya untuk mendekat, dan entah kenapa juga tiba-tiba si pria menjadi terpaku pada gerakan tangan tersebut. Matanya terkunci pada satu titik, dia seolah terhipnotis untuk mengikuti ajakannya.

"Mama merindukanmu, nak." Seru wanita itu terdengar sangat lantang.

Cukup janggal, mengingat mereka kan terhalang jendela kaca dan minimnya lobang angin juga harusnya tidak memungkinkan suara itu terdengar jelas. Tapi, sayangnya si pria nampak tidak menyadari akan hal tersebut. Dia terus berjalan pelan, mendekati jendela. Matanya masih terfokus pada manik mata tajam si wanita yang berwujud sang Mama.

Sleeping beauty {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang