wednesday

215 21 0
                                    


Andai saja bisa, aku ingin menjadi seperti Wednesday Addams. Si berani yang tak takut mati. Spooky girl, julukan yang indah ku sematkan padanya. Digambarkan sebagai seorang psikopat, ia teramat kejam juga sadis. Baik tindakan maupun ucapan sama menohoknya bak belati baru terasah yang siap menikam apapun dihadapannya. Sarkas dan frontal kala berucap pada diri sendiri maupun orang yang ditemuinya. Namun siapa sangka jika dibalik itu semua, dia merupakan sosok setia dan sangat menyayangi keluarganya, ya walaupun dengan cara abnormal.

Gadis licik yang memandang angkuh pada dunia. Aku mengaguminya. Sangat-amat mengaguminya. Sedikit tidak masuk akal, tapi enggan dipungkiri. Lagipula jika diperhatikan lebih seksama, sepertinya kami berdua memiliki sifat yang sangat mirip satu sama lain. Penyendiri, cuek, anti sosial, tidak suka kebisingan, dan yang terpenting alias poin utamanya, kami berdua sama-sama aneh. Hanya saja bedanya dia lebih berani menantang dunia sedang aku tidak. Aku terlalu pengecut untuk bertindak sehingga cuma mampu bersembunyi dibalik topeng dingin ini. Hm, mungkin sekarang dia sedang mengumpati kelancanganku yang menyandingkan kemiripan kami.

Kembali lagi. Dipandang sebagai orang aneh yang angkuh, tentu saja kami dikucilkan. Selain itu, tidak adanya hal yang menarik juga membuat keberadaan kami seakan terlupakan. Namun, Wednesday lebih beruntung, sebab dia bukan satu-satunya orang gila yang berbeda di dunianya. Lain halnya dengan diriku yang menjalani hari-hari melelahkan ini sendirian, hanya berbagi kepada kesunyian. Seandainya tempat seperti Nevermore benar-benar ada, pasti dengan senang hati aku akan menjebloskan diri di sana. Berbaur dengan makhluk-makhluk buangan yang mengagumkan, sebutlah para monster. Akan tetapi sayangnya takdirku tidak semenarik dunia fiksi itu. Aku tetaplah aku. Si aneh yang membawa malapetaka.

klik.

Gadis itu menutup pulpen dengan satu tangan sementara tatapannya masih tetap tertuju penuh pada jurnal harian di atas meja tersebut. Sekilas namun membekas. Sengaja dia ambil poin-poin utama yang terlintas dalam benaknya mengenai kesan dari tokoh fiksi yang membuatnya lumayan tertarik, yakni drama series Wednesday. Series dengan genre horor komedi supranatural, atau lebih tepatnya Dark komedi, kayaknya. Drama itulah yang beberapa hari ini cukup mencuri perhatian seorang Florencia charmaine. Entah kenapa rasanya seperti dia bisa ikut terbawa ke dalam alur cerita yang mengungkap misteri sesosok monster yang membuat kekacauan di sekolah dan lingkungannya tersebut.

Menurutnya, ada begitu banyak kemiripan antara pemeran utama dengan dirinya. Flo bisa merasakannya akan tetapi dia tidak berani untuk berspekulasi banyak. Selain itu, kata 'makhluk buangan' juga begitu menarik perhatiannya. Memposisikan dirinya di antara mereka dengan anugerah kekuatan atau mungkin kutukan, dia merasa layak jika harus ditempatkan di dunia fiksi tersebut. Astaga, memikirkannya saja dia sudah senang apalagi kalau memang kenyataan. Tapi, bisakah dia seperti Wednesday Addams yang kuat menghadapi peliknya kehidupan? Rasanya tidak.

"Hei!"

Menghembuskan napas kasar, dengan perasaan sedikit jengkel, Flo memasukkan buku jurnalnya kedalam tas, mengabaikan kehadiran Hanna yang tiba-tiba saja mengagetkannya.

"Annyeong, my sleeping beauty?" Tak merasa diacuhkan, Hanna dengan senyum lebarnya lantas merangkul Flo erat seakan baru berjumpa setelah sekian abad.

Flo yang mendapatkan perlakuan menggelikan tersebut tentu saja langsung menggeliat risih, berusaha menjauhkan diri dari sahabatnya. Namun, lagi-lagi Hanna membuat ulah dan kali ini beralih menangkup wajah Flo dengan perasaan gemas sambil menghentak-hentakkan kakinya di lantai bak anak kecil yang baru menang lotre.

"Hehehe," dia nyengir begitu lebar hingga memperlihatkan deretan giginya yang tak begitu rapih. "Flo, coba tebak gue kenapa?" Hanna terlihat begitu sumringah dan Flo bukannya tidak menyadari. Hanya saja dia sedang malas menebak-nebak sesuatu yang kelihatannya tidak begitu penting. Maklumlah, Flo itu sukanya to the point.

Sleeping beauty {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang