danger lurks

158 18 0
                                    


"Faris, cepat cari adik kamu!" Teriak Gita makin tak karuan ditempatnya. Tubuhnya bergetar karena cemas memikirkan keberadaan sang putri yang entah pergi kemana setelah pamit keluar bersama Hanna.

Cowok itu masih berusaha menenangkan sang mama dengan dibantu juga oleh asisten rumah tangga yang kebetulan masih berada di sana. "Mama tenang dulu, Felix pasti udah nemuin Flo sekarang," ucapnya meskipun tak yakin. Dirinya juga sangat khawatir, namun tak mungkin ikut pergi mencari si bungsu sementara mamanya juga perlu diperhatikan.

"Ya Tuhan," racaunya tak tenang dengan air mata yang mengucur penuh kegundahan serta tangan gemetaran memegang ponselnya. Gita kembali mencoba menghubungi nomor putri bungsunya yang belum juga aktif. Apa yang terjadi hari ini benar-benar membuatnya takut. "Flo, angkat teleponnya, sayang," gumamnya harap-harap cemas.

_____

"Kenapa kak Wisnu melakukan ini? Kakak kan udah janji mau nutupin masalah ini dari siapapun!" Gadis itu menatap penuh kecewa pada Wisnu yang juga tengah berdiri menghadapnya.

"Sudah terlalu jauh, Flo. Yang kamu lakukan kali ini harus diketahui oleh mereka, keluarga kamu," ucapnya.

Flo berdecak pelan. "Setelah semua yang aku lakukan?" Dia menggeleng tak setuju. "Aku bisa melewati semuanya sendirian, kak. Aku nggak butuh simpati ataupun belas kasih dari siapapun," lanjutnya lagi.

"Kamu sadar apa yang kamu katakan, Flo?" Peringat Wisnu pada gadis itu. Dia tidak suka dengan nada bicara tersebut.

"Sangat. Aku sangat sadar dari yang kalian ketahui," tekannya teguh pada prinsip awal. "Selama ini aku baik-baik aja sendirian. Nggak perlu mengemis perhatian yang berkedok rasa kasihan itu. Aku capek diperlakukan seperti orang gila dimata mereka! Aku cuma percaya sama kak Wisnu, tapi mengapa sekarang kakak mengingkari janji? Sekarang aku tetap akan melakukan apa yang aku yakini benar." Lanjutnya dengan tampang kecewa.

Wisnu menggertakan giginya, masih mencoba bersabar menunggu sampai gadis itu selesai meluapkan emosinya.

"Mungkin keputusan aku meminta bantuan kalian semua adalah salah," lanjutnya melirik Wisnu, Genta, dan Hanna secara bergantian. "Aku pikir kalian semua mendukung aku, terutama kak Wisnu. Kakak udah bohong sama aku soal gelang ini. Iya, kan?" Flo memperlihatkan pergelangan tangannya.

Ketiga orang itu masih diam menyimak. Sejenak, Hanna ikut melirik pergelangan tangannya saat mendengar sahabatnya membahas aksesoris tersebut.

"Kenapa kak Wisnu bohong? Ternyata kakak sama aja kayak yang lain. Senang melihat aku diperlakukan seperti orang gila!" Cercanya menggebu-gebu.

Perasaan yang campur aduk membuat emosi gadis itu susah dikendalikan. Berturut-turut masalah yang datang hari ini membuat pikirannya lelah hingga menyimpulkan sendiri apa yang dianggapnya menjadi pokok dari permasalahan. Dia marah, kecewa, merasa tidak adil, dan melihat semua orang dari sudut pandangnya yang sempit. Alhasil semuanya pun meledak detik ini.

Namun diantara problematika yang dihadapi, ada satu hal yang paling dia tidak suka, yakni adalah saat dia mengetahui asal-usul gelang pemberian Wisnu. Flo tahu betapa bahayanya serta beresiko nya pengorbanan laki-laki itu hanya demi sebuah benda yang dianggapnya bisa menangkal segala bentuk energi negatif.

Pengembaraan nuraga ialah ritual seperti bertapa namun dengan kondisi selayaknya orang tertidur. Nantinya jiwa si orang ini akan keluar dari raganya dan melakukan apa yang sebelumnya telah direncanakan. Intinya hal semacam ini sangat beresiko dilakukan, sebab salah sedikit bisa saja jiwa itu tidak bisa kembali lagi pada raganya.  Syukurlah, untungnya kak Wisnu berhasil, karena kalau tidak maka sudah dipastikan laki-laki itu akan meninggal dunia. Flo tidak pernah mau mengorbankan nyawa siapapun hanya demi meraih kesembuhannya. Hari ini dia betul-betul marah pada dirinya sendiri dan merasa sangat bersalah.

Sleeping beauty {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang