Ratap malam

190 23 9
                                    

Kerumunan berangsur bubar setelah instruksi terakhir yang dikomandoi oleh Leon usai. Waktu istirahat akhirnya tiba setelah serangkaian kegiatan awal sebelum acara inti selesai diadakan. Sejauh ini semuanya berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Setiap sudut bangunan lantai satu yang menjadi tempat pelaksanaan juga telah dijaga oleh masing-masing dua orang anggota yang ditugaskan oleh ketua BEM. Bisa dipastikan lokasi mereka aman dan dalam pengawasan yang ketat. Selain itu, cctv juga dipasang pada setiap tempat.

Para mahasiswa maupun mahasiswi nampaknya mulai enjoy menikmati acara. Rasa khawatir mereka pun perlahan pudar ketika menyaksikan sendiri bagaimana kinerja para senior mereka yang berupaya menjaga keamanan dengan penuh ketelitian. Sekarang, tiba saatnya istirahat menjelang Maghrib yang dilanjutkan dengan makan malam. Semua mahasiswa lantas menyibukkan diri dengan aktivitas mereka yang kebanyakan adalah bersih-bersih.

"Flo, gue kok tiba-tiba ngerasa gugup yah," celetuk Hanna saat mereka sedang berada di depan cermin wastafel. "Hawanya sejuk banget lagi," lanjutnya mendadak parno.

Flo menatap wajah panik sahabatnya tersebut dengan bingung. Di sana padahal bukan hanya mereka berdua, sebab banyak mahasiswi lain disebelah mereka yang juga sedang membersihkan diri. Flo juga merasa ruangan tersebut sangat panas, apalagi selesai aktivitas mereka yang tadi sangat melelahkan. Aneh sekali saat Hanna bilang tempat itu sejuk, keringat di dahi mereka tidak mungkin berbohong kan?

"Perasaan lo doang kali. Lihat, ada banyak orang di sini. Lo nggak mikir yang macem-macem kan?" Ujar Flo seakan bisa menerka apa yang ada dipikiran Hanna.

Hanna memperhatikan sekeliling dengan ragu. Memang benar kalau di sana ramai, tapi bukan hanya dari kalangan manusia saja. Sepertinya kali ini Flo tidak bisa melihat mereka, makanya dari tadi terlihat sangat santai melakukan pekerjaannya tanpa terganggu.  Kali ini pandangan Hanna terpaku pada gelang yang melingkar di tangan sahabatnya. Sepertinya tidak memancarkan sinyal bahaya yang berarti menandakan tidak adanya energi negatif berbau ancaman.

"Udah jangan kebanyakan melamun. Lo nggak sholat maghrib?" Tegur Flo mengalihkan pembicaraan agar sahabatnya itu bisa lebih tenang.

"Lagi dapet," jawabnya seraya menggeleng pelan.

Tak ada lagi percakapan setelahnya. Baik Flo maupun Hanna sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang bersiap beribadah, ada yang sibuk dengan ponsel, hingga akhirnya merekapun tiba di puncak acara.

Selesai menyantap makan malam, semua orang dipanggil menuju ke ruang aula untuk kegiatan Ratap malam yang dimulai dari jam 19.30 sampai dengan 22.00. Kejadian di kamar mandi tadi rupanya tidak berdampak apa-apa pada mereka. Flo bersyukur, sepertinya itu hanyalah perasaan Hanna saja.

"Ini acara apaan sih?" Gerutu Hanna kembali gelisah saat lampu di aula dipadamkan. Saat ini semuanya diperintahkan untuk duduk di lantai yang dingin dengan kondisi yang sudah gelap gulita. Sedangkan di depan sana, para senior mereka sudah mempersiapkan semua hal yang akan menjadi bahan acara.

Flo tersenyum tipis menyadari reaksi takut sahabatnya tersebut. "Dengerin aja pengarahan di depan. Kita cuma disuruh nangis doang kok," tuturnya sesuai dengan apa yang diberitahukan kak Felix.

"Ngadi-ngadi emang nih kakak senior kita. Nangis berjamaah aja apa faedahnya coba?" Dumel nya membuat Flo terkekeh kecil.

Memang benar apa yang dikatakan oleh Hanna. Kegiatan semacam ini sejujurnya kurang bermanfaat selain untuk membuat mata mereka sembab. Ibarat wadah curhat, mereka menampung memori kelam agar terkumpul menjadi gumpalan rasa sesak di dada yang nanti akan dipancing keluar melalui kata-kata si pemandu acara. Alhasil ketika pancingan itu berhasil, pecahlah tangis penyesalan serta ratapan kebodohan dari mulut-mulut manusia tersebut. Sangat menyebalkan!

Sleeping beauty {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang