Peri

211 23 0
                                    

"Han, lo oke?"

"Hm," Hanna tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Flo dan juga tepukan singkat yang mendarat pada tangannya. Wajahnya memancarkan raut tak biasa dari seorang Hanna Safira yang ceria. Hal itu begitu disadari oleh Flo yang kini menaruh curiga kalau ada yang sedang dipikirkan oleh sahabatnya tersebut.

Percakapan mereka terhenti begitu saja setelah mereka membahas asal gelang yang dipakai Flo. Hanna tiba-tiba terdiam melamun seperti memikirkan sesuatu. Tidak biasanya Hanna seperti ini membuat Flo khawatir tentang hal yang buruk telah terjadi pada temannya tersebut. Ia mencoba mengingat-ingat apakah tadi dia sudah salah bicara sehingga menyinggung perasaan Hanna? Tapi sepertinya tidak mungkin.

"Mikirin apa sih?" Selidik Flo sembari menyeruput teh manisnya.

Nampak, Hanna seperti ragu-ragu membuka mulutnya. "Eh, lihat itu kak Leon sama teman-temannya dateng," tunjuknya seakan ingin mengalihkan pembicaraan.

Flo melirik kearah yang ditunjuk Hanna sekilas sebelum kembali melanjutkan makannya dan seperti biasa, dia juga menemukan keberadaan kakaknya di sana bersama dengan teman-temannya tersebut. "Biarin ajalah," cueknya kemudian menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya.

Tapi yang namanya Hanna tetap sama sikapnya. Bukannya mengabaikan ataupun melanjutkan makan, dia malah semakin terang-terangan memperhatikan kakak-kakak tingkat mereka itu. "Kak Felix kenapa diem aja ya? Nggak kayak biasanya. Lesu banget mukanya," ujarnya dengan raut penasaran tertuju pada cowok itu.

Menghembuskan nafas panjang, kali ini Flo cukup penasaran ketika nama sang kakak terus-menerus disebutkan. Dia kemudian mengikuti arah pandang Hanna dan benar saja apa yang dikatakan oleh gadis dihadapannya itu. Felix sedang menundukkan kepala dengan bertopang pada tangan kanannya. Wajahnya begitu murung dan sedikit pucat dari biasanya. Flo ingat bahwa semalam kakaknya itu mengeluh lelah. Dia kira akan membaik setelah beristirahat tapi nyatanya sampai pagi ini kak Felix makin terlihat lesu. Apa dia beneran sakit?

"Eh, gelang kak Felix kok sama kayak punya lo?" Kaget Hanna menyadarinya. Sangat jeli mata wanita itu ketika mengamati semua pujaan hatinya, bahkan hal sekecil apapun bisa terlihat olehnya.

Mencoba untuk bersikap biasa saja, Flo hanya mengedikan bahunya. "Mungkin belinya di satu pabrik."

"Iya juga sih, namanya juga dikasih ya," tambah Hanna terkekeh kecil yang langsung diangguki oleh Flo.

Andai saja Hanna tahu kalau Flo dan Felix itu bersaudara. Entah bakal seperti apa reaksinya nanti. Tapi beruntung Flo memiliki otak yang cukup jenius, sehingga bisa memberikan alibi kuat dan masuk diakal tanpa menimbulkan kecurigaan. Tidak tahu kenapa dia bersikeras sekali menutupi identitasnya sendiri, bahkan Hanna yang sekarang sudah dikatakan dekat dengannya saja masih enggan untuk diberitahu.

"Kenapa?" Kaget Hanna dengan pergerakan tiba-tiba dari temannya itu.

Flo kembali membenarkan posisinya setelah tadi menoleh ke samping, tepatnya arah kiri yang berhadapan langsung dengan sebuah taman. Dia kemudian menggeleng singkat. "Nggak apa-apa, kok," ucapnya setengah tak yakin.

"Yakin nggak apa-apa?" Ujar Hanna memicing curiga.

Flo mengangguk singkat. "Udah tuh, lihatin aja para gebetan lo di sana," ucapnya mendorong pelan wajah temannya tersebut.

Sebenarnya semenjak datang tadi Flo merasakan seperti ada sesuatu yang sedang mengawasinya, namun entah dari mana dan siapa. Flo tidak bisa melihat makhluk gaib secara langsung tapi dia bisa merasakan keberadaan mereka. Entah itu dalam bentuk suara maupun energi yang bahkan bisa menyentuh fisiknya sekalipun. Namun, tidak menuntut kemungkinan kalau dia bisa melihat bentuk mereka melalui alam bawah sadar alias ketika ia tertidur.

Sleeping beauty {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang