"Hanna!"
Terlihat dari kejauhan, Hanna seperti tersentak ketika Flo memasuki ruangan dengan diikuti Genta bersamanya. Gadis itu tadi sebelumnya sempat kehilangan keseimbangan bahkan nyaris pingsan saat akan menemui Hanna, beruntung Genta ada disebelahnya dan dengan refleks yang baik menahan tubuh limbung itu. Cowok itupun lantas membawa Flo pergi ke UKS karena khawatir dengan kondisinya yang nampak memprihatinkan. Sementara tak lupa juga Genta memerintahkan beberapa anak-anak yang kebetulan melintas untuk menjaga Hanna selagi dia mengantar Flo.
Teriakan Hanna berangsur menjadi tangis lirih bersamaan Flo yang semakin mendekat. Sepertinya tidak ada yang menyadari perubahan tersebut kecuali Genta. Yang lain hanya mengira kalau kekuatan Hanna melemah, makanya teriakan berkurang. Padahal bukan, Genta bahkan merasa ada yang janggal di sana. Apalagi kali ini terkesan Hanna menghindari keberadaan Flo dengan cara dia yang menyembunyikan wajahnya, enggan menatap wajah sahabatnya.
"Flo," tahan Felix mencegat sang adik.
"Aku mau nolongin Hanna, kak," cicitnya dengan wajah penuh harap agar supaya Felix memperbolehkannya mendekat.
"Nggak mau! Pergi! Jangan ganggu gue!" Suara Hanna kembali terdengar menggelegar, dia berucap sambil menutup telinganya.
Flo yang menyaksikan hal itu semakin tidak tega. Dia kembali mencoba mendekati Hanna, namun lagi-lagi panas di tangannya semakin terasa membakar hingga Flo sampai menitikkan air matanya karena sakit. Kali ini gerakan Genta didahului oleh Felix yang dengan sigap bertanya saat gadis itu meringis sembari memegang pergelangan tangannya yang memerah.
"Kamu kenapa?" Wajahnya sangat panik menatap sang adik.
Flo menggeleng cepat, berlagak tidak terjadi apa-apa. Meski begitu menyiksa tetapi dia harus berpura-pura kuat menahannya di depan sang kakak. Flo tahu ada energi besar yang sedang melawan gelang itu, makanya dia mengeluarkan panas. Sekarang, Flo sepertinya tahu dari mana asalnya energi tersebut. Yakni tak lain dari sosok yang menganggu Hanna. Flo yakin seratus persen.
Melepaskan cekalan sang kakak, gadis itu pun langsung mendudukkan dirinya sembari menatap sahabatnya yang kini tengah meringkuk membelakanginya. Felix hendak menghampiri, namun gelengan kepala gadis itu memberikan isyarat bahwa dia membutuhkan waktu untuk berbicara dengan Hanna. Mau tak mau mereka membiarkan kedua gadis itu sembari terus mengawasinya.
"Hanna," akhirnya, Flo berhasil menggenggam tangan Hanna.
"Nggak mau!" tolaknya menepis tangan Flo dengan kasar.
Dengan tidak gentar, Flo meraih pundak Hanna kemudian memajukan tubuhnya dan langsung menyibak rambut yang menutupi hampir seluruh wajah gadis itu. "Ini gue," ucapnya pelan ditelinga sang sahabat yang masih ditutupi oleh kedua tangannya.
Hanna terdiam sejenak ketika merasa mengenali suara barusan. Akhirnya dengan perlahan, gadis itupun mau mengangkat kepalanya menatap balik mata Flo. Seketika, tangis Hanna pun pecah saat kesadarannya mulai pulih. Segera, Flo langsung memeluk tubuh sahabatnya tersebut yang nampak bergetar ketakutan. "Tenang, Han. Gue di sini," ujarnya mengusap-usap punggung gadis itu.
"Dia masih ganggu gue, Flo. Dia terus minta tolong. Gue nggak tahu harus gimana," racau Hanna sambil sesenggukan mengatakan semuanya.
"Hanna, tenang," Flo terus mencoba memberikan ketenangan kepada sahabatnya tersebut.
"Suaranya bergema di sini. Dia mati di gudang atas," tunjuknya ke arah atas. "Dia minta tolong sama gue, Flo," Hanna semakin terisak dalam pelukan, dan Flo juga bingung harus mengatakan apa karena dia tidak tahu maksud perkataan Hanna. Apakah yang menganggu sahabatnya tersebut masih sosok yang sama? Entahlah, Flo tidak yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping beauty {END}
ParanormalWarning ‼️ Cerita tak semanis judul❗ 🏅Rank1#Depresi 🏅Rank 2 #Paranormal Cerita ini hadir untuk menampar ekspektasi tinggi kalian si manusia-manusia halu, yang tingkat halunya sudah dikategori kronis merambah ironis. Gadis itu bukan putri tidur yan...