"Astral projection,""Hm," Wisnu mengangguk sebagai jawaban. "Kalau kamu ada waktu luang mungkin bisa langsung menemuinya," ia menyarankan.
Flo menghembuskan nafasnya pelan, lantas meletakkan buku pemberian Wisnu yang berjudul Astral projection tersebut di atas nakas. "Segera lebih baik kali, ya?" Ucapnya meminta pendapat.
Wisnu menatap lekat manik mata gadis kecil dihadapannya itu dengan perasaan iba dan penuh kasih sayang. Tangannya terulur untuk mengusap lembut kepala gadis yang sudah dianggapnya sebagai adik kandung sendiri tersebut.
"Kamu sudah melakukan yang terbaik, bahkan nyaris mengalahkan kemampuan investigasi polisi. Kalau kak Wisnu boleh bilang, kemampuan kamu ini memang sengaja Tuhan berikan agar kamu bisa menolong apa yang tidak bisa manusia biasa lakukan. Coba kalau nggak ada kamu, entah sampai kapan perbuatan buruk Dekan itu akan terungkap," laki-laki itu memaparkan.
Gadis itu menyimak dengan perasaan tak yakin.
"Lihatlah rasa syukur dimata keluarga korban. Disana terpancar kelegaan serta ketenangan karena kamu sudah memulihkan nama baik keluarga mereka. Tentunya mereka sangat berterimakasih atas semua yang sudah kamu lakukan. Kamu ini anak yang istimewa, Flo," lanjutnya menegaskan supaya gadis itu tidak melulu dirundung kesedihan.
Flo terdiam meresapi setiap perkataan yang masuk ke gendang telinganya. Ada secercah kebahagiaan mendengarnya walaupun entah bertahan berapa lama.
Kali ini, dia mengarahkan pandangannya menatap kosong ke depan dengan pikiran masih sedikit berkecamuk. "Apa setelah ini mereka akan percaya sama aku, seperti kak Nu percaya?" Rautnya masih tetap sendu.
Laki-laki itu mengiyakan dengan anggukan mantap. "Lambat laun dan satu persatu,"
Terdengar helaan berat di depannya. Tampaknya Flo masih belum yakin dengan kalimat barusan. "Sudahlah, lupakan. Aku juga udah sering dengar perkataan itu sebelumnya. Tapi tetap saja, cuma kak Nu yang percaya sama ucapan aku," ungkapnya sambil menekuk wajahnya.
"Eh, siapa bilang?"
Flo mengerutkan keningnya seraya melayangkan tatapan bingung dengan sahutan Wisnu barusan.
"Kamu tahu nggak, kemarin Felix datang marah-marah ke kakak sambil mengatakan, 'kenapa Flo masih seperti ini padahal sudah memakai gelang pemberian Lo?!' " Wisnu menirukan mimik serta ucapan Felix kemarin kepadanya.
Flo masih menyimak dengan raut bingung.
"Kamu tahukan apa artinya?" Wisnu kembali melanjutkan ucapannya dengan bertanya.
Gadis itu menggeleng cepat. Jujur saja, dia tidak mengerti apapun.
"Itu tandanya Felix sudah mulai percaya dengan hal yang terjadi. Apalagi ketika kejadian kemarin malam. Dia sampai mengutuk kak Wisnu karena dianggap nggak becus ngasih jimat," laki-laki itu terkekeh kecil saat mengingat kembali bagaimana Felix memarahinya.
"Benarkah?" Dia masih tidak percaya.
Wisnu tersenyum tipis. "Perlahan-lahan mereka akan menyadarinya. Sekarang yang terpenting kamu harus jaga kesehatan. Tidak baik menyiksa otak dalam kondisi seperti ini," ujarnya penuh perhatian.
Flo menurut dengan patuh. "Maaf ya kak Nu, gelang yang seharusnya untuk kak Felix aku kasikan ke Hanna," dia mengungkapkan dengan tak enak hati karena memberikan hadiah orang tanpa permisi.
"Nggak apa-apa. Lagian kelihatannya Hanna lebih membutuhkan gelang itu," cowok itu tidak keberatan sama sekali, malah dia senang jika benda itu bermanfaat sebagaimana mestinya.
______
"Akhirnya sampe juga lu pada," Felix bersedekap dada dengan gaya angkuh, menyambut kehadiran teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping beauty {END}
ParanormalWarning ‼️ Cerita tak semanis judul❗ 🏅Rank1#Depresi 🏅Rank 2 #Paranormal Cerita ini hadir untuk menampar ekspektasi tinggi kalian si manusia-manusia halu, yang tingkat halunya sudah dikategori kronis merambah ironis. Gadis itu bukan putri tidur yan...