super guard

156 17 0
                                    


Berkumpul di ruang tengah. Mereka semua duduk saling berhadapan usai perdebatan kecil yang tadi sempat tercipta. Flo masih merapatkan dirinya pada sang kakak dengan sesekali menyeka air matanya, sementara Felix terus mengusap kecil rambut yang tergerai disampingnya itu. Hanna juga sama, mengusap matanya yang tadi sempat berair ketika mendengar penuturan Felix yang teramat menyentuh. Sementara Genta dan Wisnu masing-masing sibuk dengan pemikirannya sendiri.

"Minum dulu biar lebih enakan," mbak Nilam membawakan seteko air putih kemudian memberikan satu gelas yang telah diisi kepada Flo. Gadis itu menerimanya dan langsung menenggak air tersebut hingga tersisa setengah. "Kalian juga, minum dulu," tuturnya pada yang lain.

"Maafin kita ya, mbak," ucap Felix mewakili sang adik meminta maaf atas keributan yang sempat tercipta.

Mbak Nilam tersenyum tipis kemudian mengangguk singkat. "Mbak mengerti masalah kalian," dia sama sekali tidak merasa keberatan.

"Kak Nu," cicit Flo yang langsung memusatkan perhatian mereka semua. Gadis itu masih sungkan untuk sekadar berucap pada Wisnu setelah perdebatan tadi.

Laki-laki itu berdeham pelan, lalu menyudahi kegiatannya sendiri pada ponsel ditangannya. Dia melirik Flo sejenak sebelum akhirnya pandangannya tertuju pada Felix. "Gue punya saran." Ucapnya tidak menanggapi panggilan Flo yang tadi. Sepertinya gadis itu sadar jika kak Wisnu masih marah kepadanya. "Untuk beberapa hari kedepan Flo nggak boleh keluar dari dari rumah dulu aja, gimana? Semua kegiatan yang berhubungan dengan dunia luar seperti kuliah lebih baik di stop sementara waktu sampai pelaku pembunuhan dan yang mengirimkan pesan teror itu berhasil ditangkap," Wisnu memaparkan tanpa menunggu jawaban mereka terlebih dahulu.

Felix diam sebentar, mencoba menelaah ucapan Wisnu barusan.

"Gue juga sependapat sama Wisnu. Akan lebih aman kalau Flo jangan kemana-mana. Biar dia diam di rumah dalam pengawasan kalian, karena kita tidak pernah tahu apa yang diinginkan peneror itu selanjutnya," Genta menyahuti.

Terlihat Felix mengangguk paham, begitupun Wisnu.

"Harus banget seperti itu?" Flo sedikit keberatan. "Kak, kesaksian yang aku berikan udah cukup untuk menangkap pelaku pembunuhan tersebut. Dan si peneror, aku yakin pasti dari orang yang sama. Kita tinggal tunggu aja kabar dari pihak kepolisian, tidak perlu membuat penjagaan untuk aku," imbuhnya tak setuju jika dia harus diperlakukan seperti seorang yang istimewa. Lagipula, disekitar rumahnya juga masih banyak polisi yang berjaga-jaga. Peneror itu hanya berani mengancam melalui media sosial saja, mana mungkin dia akan datang menyerang ke rumah.

"Nggak sesederhana itu, Flo," Wisnu menyanggah. Akhirnya, dia mau berbicara pada Flo.

Gadis itu mengernyit heran. "Maksudnya?" Dia tidak mengerti mengapa tiba-tiba masalah ini jadi kian rumit.

Entah karena polos atau memang tidak terpikirkan sebelumnya olehnya.  Ini yang dimaksud Wisnu kalau Flo terlalu gegabah mengambil keputusan. Anak itu bahkan tidak memikirkan efek jangka panjang atas apa yang dia lakukan. Logika yang dia tahu, jika dengan memberikan kesaksian yang jujur maka masalah akan selesai dengan cepat, padahal nyatanya semuanya masih memerlukan proses dalam mengikuti prosedur yang semestinya.

Flo melihat semua rentetan kejadian sebelum terjadinya pembunuhan berdasarkan memori yang ditampakkan oleh korban. Dia memaparkan setiap detail kronologi yang dia tangkap saat peristiwa nahas tersebut terjadi. Namun, hal itu tidaklah cukup untuk mengungkapkan kasus ini dengan mudah. Sebab yang dialami oleh Flo berasal dari alam bawah sadarnya yang tidak semua orang dapat meyakininya begitu saja. Lebih parahnya lagi, pernyataan atas kasus belum tervalidasi tapi nyawanya sendiri kini mulai terancam. 

"Kesaksian yang kamu berikan masih belum cukup untuk mengungkapkan fakta yang sebenarnya. Perlu lebih banyak bukti-bukti  agar supaya keterangan yang kamu katakan dianggap valid, atau sah. Hanya dengan kejujuran kamu tidak bisa serta-merta mengatakan orang lain bersalah. Yang menyaksikan kejadian secara langsung di depan mata pun belum tentu dapat dijadikan saksi kunci, apalagi jika situasinya seperti kamu," terang Wisnu lagi.

Sleeping beauty {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang