Tak pernah terlintas dalam benaknya jika hari-hari menegangkan seperti ini akan terjadi dalam hidupnya. Mengerikan. Satu kata yang bisa mengekspresikan bagaimana situasi yang tengah dihadapinya tersebut. Dia benar-benar telah dibuat was-was.
"Duduk sini dulu," Raya menarik Flo ke sebuah kursi kosong yang ada di dalam kafe tempat mereka bersembunyi.
Keduanya kemudian kembali memperhatikan jalanan luar kafe dari balik kaca yang tidak tembus pandang tersebut. Flo masih belum bisa bersikap tenang meskipun sudah bertukar pakaian dengan Raya. Tak disangka olehnya, rupanya kakak senior yang terkenal sebagai ratu iblis ini memiliki hati yang tidak sedemikian rupa jahatnya. Buktinya saja sekarang ini, dia bahkan rela menukar bajunya demi membantu Flo mengelabui si penguntit.
Flo sudah memperingatkan Raya agar tidak terlalu ambil pusing dengan permasalahannya, namun siapa sangka ternyata cewek itu bersikeras menolongnya. Tidak peduli apapun bahaya yang akan dia terima kalau si penguntit salah mengenali, Raya tetap ingin bertukar pakaian dengan Flo. Raya pikir cara seperti ini mungkin akan efektif untuk mengecoh penguntit misterius tersebut. Semoga saja begitu.
"Udah berapa lama lo diikutin kayak gini?" Ujarnya menatap wajah Flo yang tertutup masker dan hoodie itu.
"Semingguan," jawabnya berbisik pelan.
Sejenak, Raya sepertinya mengerti sesuatu setelah mendengar ucapan dari perempuan tersebut. "Oh, berarti ini alasan sebenarnya lo izin ngampus? Lo bukan sakit?" Selidiknya penasaran, sebab dia memang pernah mendengar kabar kalau Flo mengambil cuti dikarenakan sakit waktu dia hendak menemui gadis itu dikelasnya.
Gelengan kepala menjadi jawabannya. Raya menghembuskan napas panjang, tatapannya lanjut melirik sekeliling mereka yang ramai dengan pengunjung. Cewek itu kemudian memajukan tubuhnya agar suaranya bisa didengar jelas oleh Flo yang sepertinya juga menunggu dia berucap.
"Lo udah coba lapor polisi belum? Masalah kayak begini sudah termasuk kejahatan kriminal bahkan mengancam keselamatan. Bahaya loh," ujarnya dengan nada pelan.
"Udah. Polisi juga lagi berusaha untuk menyelidiki orang itu. Hanya saja memang nggak mudah," timpalnya.
Raya menggigit jarinya seraya berpikir. "Creepy banget nggak sih? Seumur hidup baru kali ini gue lihat stalker kayak begituan," dia bergidik sendiri membayangkannya.
Flo tidak menjawab. Gadis itu mengalihkan pandang menatap layar handphonenya yang menyala lengkap dengan diiringi sebuah notifikasi panggilan masuk setelah tadi daya baterainya diisi menggunakan power bank milik pegawai kafe tersebut. Segera, tanpa pikir panjang, ia langsung mengangkat panggilan tersebut. Seketika itu juga terdengar dari sambungan sana suara lelaki yang langsung memberondongnya dengan beribu tanya tepat saat kalimat 'Halo' terucap dari gadis itu. Flo yang terkejut lantas menjauhkan benda pipih ditangannya itu dari telinganya sejenak dengan ekspresi mengernyit. Dia benar-benar sensitif mendengar suara bising.
"…........................."
"Iya-iya, aku kirim alamatnya," ucap Flo sebelum menutup teleponnya.
Raya hanya diam saja memperhatikan sampai gadis didepannya itu selesai berbicara ditelepon. "Lo kenapa nggak bilang kalau lo adiknya Felix?" Tanyanya kemudian saat Flo mengakhiri obrolannya dengan sang kakak.
"Nggak penting juga diumumin," timpalnya sibuk memasukkan handphonenya ke dalam saku Hoodie.
Raya tersenyum tipis mendengarnya. "Pantas saja waktu itu Felix marah besar saat gue ngejambak rambut lo,"
Flo menghentikan kegiatannya saat kalimat itu terlontar dari mulut Raya. Menelan ludah kasar, dia memberanikan diri menatap balik raut tak biasa yang mengarah kepadanya itu. "Kak, gue mewakili kak Felix mau minta maaf soal kejadian yang di UKS. Seharusnya kak Felix nggak bersikap kasar seperti itu," sesalnya merasa bersalah kala mengingat momen tak mengenakkan saat Felix mencekik leher Raya tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping beauty {END}
ParanormalWarning ‼️ Cerita tak semanis judul❗ 🏅Rank1#Depresi 🏅Rank 2 #Paranormal Cerita ini hadir untuk menampar ekspektasi tinggi kalian si manusia-manusia halu, yang tingkat halunya sudah dikategori kronis merambah ironis. Gadis itu bukan putri tidur yan...