Gita memegang pundak Sam, menyadarkan lamunan suaminya tersebut yang sedari tadi hanya memperhatikan depan dengan tatapan kosong tak tentu arah. Laki-laki itu menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya menghembuskannya. Terdengar berat, seperti ada yang dia pikirkan hingga mengganggu konsentrasinya.
"Jadi cari makannya?" Tanya Gita, sebab tujuan awal mereka tadi memang hendak ke kantin.
Sam menggeleng pelan. "Ada yang mau aku omongin soal Flo," tuturnya. "Kesana aja," lanjutnya menunjuk arah pojok yang terdapat beberapa kursi tunggu.
Meskipun bingung, wanita itu tetap mengikuti Sam dengan tanpa banyak bertanya. Kedua suami-isteri itu mengambil tempat yang lumayan jauh dari ruangan putri kesayangannya di rawat. Sementara ada Felix yang akan menjaga si bungsu, mereka bisa lebih leluasa untuk berbicara tentang hal yang serius. Meskipun sebenarnya tidak ada salahnya juga membicarakan hal ini dihadapan anak-anaknya, tetapi akan lebih baik kalau Flo tidak mendengarnya. Sam takut nanti putrinya akan sedih dan semakin menjauhkan diri dari lingkungan sekitarnya.
"Ada apa, mas?" Gita akhirnya buka suara dan dia menjadi khawatir kala mendapati raut cemas terpatri diwajah suaminya.
"Tadi aku sama Faris nemuin dokter yang menangani Flo."
Wanita itu semakin memajukan tubuhnya, tertarik untuk mendengarkan lebih. Dia menatap bertanya tanpa mau menyela ucapan Sam.
"Hasil check up hari kedua sangat mengejutkan, dan bahkan dokter saja sempat meragukan alat mereka." Sam menuturkan.
"Memangnya apa yang terjadi? Flo nggak kenapa-kenapa kan?"
Sam menggeleng. "Dia membaik dengan sangat cepat. Bahkan sulit untuk dipercaya, ma. Ini nggak bener,"
"Mas," Gita menyela, dia benar-benar tidak paham arah pembicaraan suaminya tersebut. "Flo kenapa?" Tekannya tak sabaran.
Sam menatap sang istri dengan lamat. "Retakan pada tulang tangan Flo sudah mulai menyatu hanya dalam waktu satu malam. Mustahil kan, ma?"
Wajah Gita yang semula bertanya mendadak berubah cengo. Apa yang dia dengar barusan? Bagaimana bisa tulang yang retak bisa menangkup dalam jangka waktu yang singkat? Hanya satu malam. Bayangkan! Dokter yang memeriksanya tadi juga sempat mengulang pemeriksaan guna memastikan apakah hasil yang dia dapatkan betul-betul valid atau tidak.
Sekarang, Gita merasakan apa yang Sam keluhkan sedari tadi. Flo pasti sangat sedih jika mengetahui dirinya membuat hal aneh baru lagi. Tidak bisa dibayangkan bagaimana kondisi mental putrinya itu pasti akan semakin menderita mendapati kenyataan diluar nalar tentang dirinya. Flo sudah cukup tertekan karena penyakitnya dan sekarang apalagi?
"Terus, apa kata dokter, mas?" Selidik Gita menahan tangisnya. Sungguh, dia tidak tega melihat putrinya menderita karena tertekan batin seperti ini.
"Mas minta sama dokter agar gips-nya jangan dulu dilepas, dan biarin sampai waktu-waktu yang semestinya terpasang. Biar Flo nggak curiga," ujar Sam.
"Jadi, Flo akan terus dirawat sampai kapan?"
"Untuk beberapa hari lagi, sebab dokter masih harus memantau perkembangan lain dari kondisi yang ditunjukkannya."
Gita mengangguk paham. Setidaknya keputusan itu bisa membantu Flo agar tidak terlalu dibawa pikiran.
"Itu maksudnya gimana ya?" Baik Sam maupun Gita sama-sama terkejut mendengar suara dari putranya tersebut.
"Felix,"
Gita meminta agar anak itu segera menutup pintunya, dia takut Flo akan mendengar semuanya. Setelahnya, Felix berjalan mendekati kedua orang tuanya dengan wajah bertanya, penasaran dengan barusan apa yang sudah dia dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping beauty {END}
ParanormalWarning ‼️ Cerita tak semanis judul❗ 🏅Rank1#Depresi 🏅Rank 2 #Paranormal Cerita ini hadir untuk menampar ekspektasi tinggi kalian si manusia-manusia halu, yang tingkat halunya sudah dikategori kronis merambah ironis. Gadis itu bukan putri tidur yan...