stalker

167 19 0
                                    

Berjalan tergesa-gesa, Flo berulangkali mengecek handphonenya sambil sesekali melirik sekitar untuk mencari keberadaan sahabatnya yang entah sekarang ini berada di mana. Dia sendiri saat ini bisa dibilang kabur, gadis itu bahkan tidak memberitahukan keberadaannya kepada semua anggota keluarganya. Sungguh, Flo juga belum mengabari siapapun karena takut nantinya mereka semua akan menjemputnya secara paksa. Karena dia memang sudah tidak mendapatkan izin untuk meninggalkan rumah. Akan tetapi, yang kali ini Flo benar-benar terpaksa bertindak demikian sebab ini menyangkut keselamatan Hanna.

Tadi pagi ketika waktu mulai menjelang siang, saat semua orang tengah sibuk dengan aktivitas harian masing-masing. Papanya sudah bekerja, kedua kakaknya pun pagi-pagi telah berangkat ke kampus, sang mama sibuk menyiapkan makanan untuk makan siang dengan dibantu asisten rumah tangga mereka. Pokoknya tidak ada yang memperhatikan si bungsu di kamarnya. Lalu entah darimana asalnya, tiba-tiba saja Flo mendapatkan kabar jika Hanna sedang membutuhkan bantuan. Hal tersebut tentu saja langsung membuat gadis itu panik hingga memutuskan untuk pergi tanpa memberitahu siapapun saking terburu-buru nya.

Flo sadar bahwa tindakannya itu dapat membahayakan, namun keselamatan Hanna dianggapnya lebih penting daripada itu. Apalagi setelah mendengar jika orang yang meneror tersebut bisa saja melukai orang terdekat Flo, gadis itu makin khawatir dibuatnya. Dia tidak mau Hanna kenapa-kenapa. Lagipula, Hanna tadi pagi memang sudah berjanji akan menemuinya di rumah hari ini, jadi Flo berpikir masalah tersebut adalah tanggungjawabnya penuh.

Jalan Hadiron, menjadi titik yang sempat dikirimkan oleh Hanna sebelum ponselnya tidak bisa dihubungi lagi. Bukan jalanan yang sepi, malah terlihat sangat ramai orang berlalu-lalang di sana. Lantas bahaya apa sebenarnya yang menimpa Hanna sampai dia menelepon dengan suara yang begitu bergetar ketakutan? Sedari tadi Flo terus celingak-celinguk menyapu pandang setiap sudut, tapi tetap tidak menemukan sahabatnya tersebut. Apa Hanna sedang mempermainkannya? Jika benar begitu, sangat tidak lucu. Flo mati-matian mencari cara meloloskan diri dari rumah, bahkan sampai mengelabui dua orang polisi yang sedang berjaga di depan rumahnya. Beruntung tadi ada seorang tetangga yang mau memberikan tumpangannya untuk Flo bisa pergi kemari.

Sebentar, Flo menghentikan langkahnya tepat saat dirinya berada di depan sebuah tempat makan yang ada di pinggir jalan. Ekor matanya mencuri-curi pandang ke kaca besar yang menampilkan pantulan sudut lain dari jalanan disekelilingnya. Degh! Jantungnya seketika berdegup kencang tatkala mendapati di bawah lampu tiang gedung seberang seperti ada yang tengah memperhatikannya. Pakaian yang sama, postur tubuh yang sama, dan mungkin pula orang yang sama dengan yang mengintainya selama ini. Celaka! Jangan-jangan ini sebuah jebakan untuknya.

Harus bagaimana lagi sekarang? Flo merasakan tubuhnya seperti membeku saking takutnya. Keramaian. Flo punya ide! Sebaiknya dia terus berjalan mencari keramaian yang mungkin bisa membantunya menyamarkan keberadaannya sembari sementara dia menghubungi seseorang untuk minta dijemput. Susah payah dan mencoba untuk tetap tenang, gadis itupun memacu langkahnya masuk ke sebuah pusat perbelanjaan yang letaknya disamping tempat makan tadi.

"Hmmppp....." Flo melotot kaget tatkala seseorang membekap mulutnya dari belakang dan membawanya pergi secara paksa.

_____

"Ayok!"

Felix melirik sekilas pada Mervin yang menepuk pelan pundaknya, seraya mengajak ke kantin bersama yang lainnya. "Duluan aja. Gue angkat telepon bentar," timpalnya kembali menatap layar handphone yang sedari tadi menyala.

Mervin ikut memperhatikan benda pipih yang bergetar di atas meja tersebut, lantas mengangguk singkat. Sementara Felix langsung beranjak kemudian berjalan keluar kelas untuk mencari tempat berbicara yang jauh dari keramaian.

"Ini si Genta juga kemana sih? Katanya ke toilet, tapi udah lama banget nggak nongol-nongol juga," gerutu Mervin berbalik menatap Leon dan Raffi. Dia sudah bosan menunggu karena rasa laparnya sudah tidak tertahankan.

Sleeping beauty {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang