kak Wisnu

201 23 0
                                    

Nyanyian burung adalah hal yang paling disukai oleh gadis itu. Rasanya damai mendengarkan siulan berirama dari makhluk mungil bersayap tersebut. Flo menyukainya dan hampir setiap hari dia menyempatkan diri menunggu kedatangan burung-burung kecil yang sekadar mampir di atas genting untuk menghiburnya.

Saat ini fokusnya tertuju penuh pada perhiasan sederhana berbentuk lingkaran yang melingkar dipergelangan tangannya. Ucapan Hanna tentang gelang yang dia kenakan masih begitu mengusik  benaknya. Flo tidak mengerti, jika benar gelang tersebut memiliki kekuatan lalu atas dasar apa kak Wisnu memberikannya padanya? Sejenak, dia terdiam seraya mencerna semuanya dengan seksama.

"Apa mungkin ini ada hubungannya sama kondisi tubuh gue yang mendadak segar tak seperti biasanya?" Dia bergumam pelan.

Flo berdecak pelan lalu menghembuskan nafasnya. "Masa' iya ada gelang semacam itu?" Nadanya kembali ragu. "Kalaupun benar, apa ini bersangkutan juga sama kak Felix? Dia kan juga memakai gelang ini. Tapi, kak Felix sekarang kelihatan sakit. Ah, berarti bukan sebab gelang dong," monolognya lagi.

Entahlah, Flo juga bingung dengan semua ini. Perubahan kondisinya benar-benar drastis dan itu disadarinya secara langsung. Jarang atau hampir tidak pernah selama beberapa tahun belakangan dia merasakan kesehatannya yang bugar seperti saat ini. Biasanya ia mudah kelelahan dan bahkan terlihat tidak punya tenaga untuk melakukan aktivitas apapun.  Mendadak keadaan menjadi lebih fresh seolah beban yang ada di tubuh Flo di sedot sempurna. Kalaupun benar ini berkat gelang pemberian kak Wisnu, maka Flo akan sangat berterimakasih kepadanya.

Gadis itu tersentak kaget dan refleks bangkit dari kondisinya berbaring di atas balkon rumahnya. Mendengar keributan dari bawah, Flo pun segera mendekati ujung balkon untuk melihat apa yang sedang terjadi di bawah sana. Raut wajahnya seketika berubah cemas tatkala mendapati sahabat-sahabat sang kakak tengah berada di halaman rumahnya. Kemudian sorotnya tertuju penuh pada motor kesayangan kakaknya yang sedang dituntun oleh Leon.  Sedangkan kak Felix sendiri terlihat keluar dari sebuah mobil dengan dipapah oleh Genta dan satu orang lainnya.

Apa yang terjadi pada kak Felix? Flo tidak bisa berpikir positif setelah mengamati semuanya. Sudah dipastikan tidak ada yang baik-baik saja. Hendak dia berlari kebawah namun terlalu takut jika identitasnya diketahui oleh para sahabat sang kakak. Ditengah kebingungan ini, terdengar suara sang mama yang juga begitu khawatir menyambut kedatangan Felix. Setidaknya Flo bisa bernapas lega karena ada mamanya yang akan mengurusi kakaknya tersebut.

Flo tidak akan kebawah untuk sekarang ini. Dia menunggu semua orang pergi dulu, baru setelah sepi dia akan langsung menemui sang kakak untuk melihat apa yang terjadi. Semoga saja tidak ada hal buruk menimpanya.

______

"Terimakasih ya, kalian udah anterin Felix pulang," ujar Gita sembari merapihkan posisi tidur anak keduanya yang nampak kelelahan dalam lelapnya.

"Sama-sama, tante," sahut Leon tersenyum tipis dan diangguki oleh yang lainnya.

"Demamnya kayaknya semakin tinggi, tan. Apa kita bawa ke dokter aja?" tawar Genta mencemaskan kondisi sang sahabat.

Gita diam sejenak dengan satu tangan tak berhenti mengusap kepala Felix yang kini mulai membuka matanya. "Nanti aja, tante tunggu papahnya Felix pulang dulu. Kalian mau minum apa, biar tante ambilin?" 

"Nggak usah repot-repot, tan. Kita juga mau balik lagi ke kampus setelah ini," tolak Leon dengan sopan.

Gita mengangguk singkat. Fokusnya masih pada putranya yang belum sepenuhnya sadar dari pingsan. "Maaf ya, jadi ngerepotin kalian. Felix juga udah dibilangin tadi pagi nggak usah ngampus dulu kalau nggak enak badan tapi tetap ngeyel," Omelnya namun penuh kekhawatiran yang terpancar dari wajahnya.

Sleeping beauty {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang