ketemu

184 21 0
                                    


Brakkk

Hanna telonjak kaget setengah mati mendengar dobrakan suara pintu yang terbuka cukup keras tersebut. Belum selesai syoknya, dia kembali dibuat terperanjat oleh bantingan pintu yang berasal dari bilik toilet disebelahnya. Merasa ada yang tidak beres, cewek itu pun langsung buru-buru menyelesaikan buang airnya untuk kemudian segera keluar supaya bisa memastikan apa yang terjadi.

"Flo, lo yang masuk?" Ucapnya memandang pintu salah satu toilet disebelahnya yang tertutup. Tak mendapat jawaban, Hanna kemudian melirik pintu masuk kamar mandi yang terbuka dan mendapati jika temannya ternyata tidak berada di sana. "Mungkin dia kebelet," batinnya tak terlalu menggubris.

Merasa tak ada yang aneh, Hanna pun melanjutkan kegiatan untuk mencuci tangannya di sebuah wastafel sembari merapihkan pakaiannya agar terlihat rapih seperti semula. Kaca besar membentang hampir memenuhi seisi kamar mandi hingga siapapun bisa melihat sekelilingnya dengan lebih leluasa. Sama seperti gadis-gadis lainnya, Hanna tentunya sangat memperhatikan penampilan agar terlihat lebih berwibawa dan disegani. Dengan begitu, dia merasa lebih percaya diri serta terhindar dari serangan bullying yang biasa dilakukan para senior, menindas korban yang lemah.

Bagi Hanna, tidak terlihat cupu bisa menjadi pertahanan utama agar terkesan tidak mudah ditindas. Sekalipun dengan kepribadian cerewetnya juga dia yakin tidak akan ada satu senior pun yang mampu menandingi kekuatan lidah gadis itu. Hanna lebih berani daripada Flo, tapi dari penampilan justru Flo lah yang terlihat lebih galak.

Sudah hampir sepuluh menit Hanna berdiri di depan cermin, akan tetapi dia tidak mendengar pergerakan apapun dari bilik toilet yang kemungkinan tadi dimasuki oleh Flo.

"Flo, lo masih di dalam kan?" Tanyanya sambil mengetuk pintu bilik toilet tersebut.

Masih tidak ada sahutan membuat Hanna semakin penasaran ingin memastikan. Baru saja hendak mengetuk lagi, bunyi air yang mengalir lantas mengurungkan niatnya. Hanna menghela napas lega, setidaknya Flo masih menunjukkan tanda-tanda keberadaannya. Tak lama berselang, pintu itupun terbuka membuat Hanna ingin segera menyambutnya dengan kata-kata mutiara alias ocehannya, sebab Flo tidak menyahuti ucapannya tadi.

"Eh," tangan Hanna yang semula hendak menunjuk target perlahan diturunkan kembali setelah dia melihat siapa yang keluar dari sana. "Maaf, kak. Gue pikir tadi temen gue yang masuk," ujarnya tersenyum kikuk.

Seorang gadis berambut panjang itu hanya menampilkan raut datarnya, kemudian berjalan melengos melewati Hanna begitu saja. Hanna yang mendapat respon seperti itu tentu saja merasa canggung. Mengetuk pintu toilet yang ternyata berisi seniornya adalah hal memalukan.

"Hanna,"

Belum sempat membalikkan tubuhnya, Hanna kembali dibuat tercengang. Suara yang begitu lembut mengalun masuk ke indera pendengarannya. Hanna kemudian langsung menolehkan kepalanya untuk memastikan jika suara tersebut berasal dari gadis yang tadi di toilet. Ternyata benar, untunglah. Dia pikir itu suara lirih setan yang hendak mengganggunya.

"Iya, kak. Ada yang bisa gue bantu?" Ujar Hanna dengan ramah. Saking ramahnya langsung menawarkan bantuan.

Gadis itu masih dengan muka tak berekspresi nya menatap Hanna. Anggukan kecilnya membuat Hanna mengerutkan kening karena bingung. Apakah dia benar-benar ingin meminta bantuan? Padahal, Hanna tadi hanya berbasa-basi saja.

"Tolong saya," ucap gadis itu langsung merubah mimik sedih. 

Hanna yang melihatnya entah kenapa tiba-tiba seakan merasa iba. Dadanya terasa sesak seperti menahan tangis. Sejenak, Hanna jadi kebingungan dengan kondisi hatinya yang tidak biasanya seperti ini.

"Kakak kenapa?" Pertanyaan meluncur begitu saja tanda terkendali. Hanna bahkan tidak bisa mengendalikan pikirannya.

Gadis itu malah menangis hingga suaranya terdengar memenuhi kepala Hanna. "Tolong saya," nadanya bertambah lirih dan terdengar mengerikan.

Sleeping beauty {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang