relapsed

174 21 0
                                    

"Giliran gue sekarang," Mervin mengambil alih seluruh perhatian dari keempat temannya. "Aw, jancok! Sakit goblok!" Teriaknya kemudian disusul gelegar tawa mereka yang menyaksikan penistaan temannya itu.

Leon tak bisa menahan gelak tawanya hingga pun wajahnya sampai memerah. Ditambah ekspresi kesal Mervin yang juga ikut menggelitik suasana. "Sorry-sorry, kelepasan gue," ucapnya mengambil tutup botol yang tadi dia sentil hingga mengenai tangan sahabatnya tersebut. Tidak disengaja memang, namun lumayan menghibur mereka.

"Tai, lo! Sengaja kan lo begitu. Emang dasar suka menzolimi kaum lemah," damprat nya masih dengan muka cemberut seraya mengusap permukaan tangannya yang sedikit sakit.

Bukannya membujuk atau menyesali perbuatannya, kali ini Leon dengan dibantu Raffi malah memperburuk keadaan. Mereka sama-sama melayangkan sentilan secara langsung dan bertubi-tubi ke kulit sahabatnya yang semakin ternistakan. Jerit heboh dan umpatan berulang menambah gaduh keramaian kantin yang tercipta oleh mereka. Tak sedikit mahasiswa lain ikut terbahak-bahak pula akibat menyaksikan ulah sekawan itu.

Mereka bermain dengan seru tanpa menyadari dua orang diantaranya tidak terbawa serta dalam suasana gembira itu. Felix yang biasanya receh mendadak senyap redam berganti sorot tajam mengerikan. Bahkan, ia tidak sedikitpun menanggapi keusilan Mervin yang selalu menjadi rivalnya. Leon semula telah merasa curiga dengan sikap sahabatnya satu itupun langsung memberikan isyarat kepada yang lain agar mengabaikan Felix untuk beberapa saat. Sebab, memang ini bukanlah pertama kalinya sahabat mereka bertingkah misterius seperti itu. Mereka menerka, pasti Felix sedang ada masalah dan tidak ingin diganggu.

Kemudian untuk Genta juga tidak terlalu digubris, karena memang cowok satu itu suka asyik sendiri dengan urusannya yang kebanyakan masalah belajar. Maklumlah, pemilik IQ paling besar diantara mereka. Otaknya hanya penuh dengan rumus dan teori. Jadi, dia hanya akan menanggapi percakapan kalau benar-benar sedang ingin bercanda atau lagi tidak ada pikiran berat. Diluar itu, ia hanya akan bersikap seperti patung bernyawa diantara keempat temannya. Tapi tentunya itu bukan suatu hal yang harus dipermasalahkan oleh mereka semua.

Seperti kali ini, Genta beberapakali hanya sibuk sendiri dan terlihat beberapa kali mengecek handphonenya, seakan tengah menunggu kabar dari seseorang. Sempat tadi Mervin menjulurkan kepalanya guna mengintip isi handphone sahabatnya tersebut, namun dengan sigap Genta menyembunyikannya.

"Haaaa, lagi chattingan sama siapa, lo? Hayo ngaku, cewek pasti kan?" Tuding Mervin kepo memasang tampang usilnya.

Berdecak pelan, Genta langsung menutup layar handphonenya. "Apaan sih, sok tahu," kesalnya membuang muka, tak minat bercanda.

Senyum seringai terbit di wajah Mervin kala menyaksikan ekspresi sebal yang dianggapnya sebagai efek salah tingkah. "Tuh kan bener. Genta udah punya pacar baru aja nih habis gegar otak," candaannya semakin menjadi-jadi.

"Uhuy, anak mana, Ta? Kenalin dong," sahut Raffi yang juga semangat menambahkan. Senang sekali mereka membuat satu diantaranya kesal.

"Nggak ada. Gue nggak punya pacar,"

"Yah, dia malu," kekeh Mervin semakin memojokkan.

"Udah ngomong aja, Ta. Nggak usah malu-malu kali. Nggak bakal kita rebut kok," ujar Leon juga tersenyum jahil.

"Kalau itu nggak bisa janji gue," Mervin lagi-lagi bersuara.

"Si anjing!" Umpat Leon menepuk kepala Mervin karena terkejut mendengar ucapannya barusan. Bisa-bisanya berkata seperti itu.

Bukannya marah, kali ini Mervin malah tergelak keras hingga keadaan lagi-lagi bertambah riuh. Siulan jahil serta nada mengejek mereka lontarkan pada Genta yang kali ini menjadi target keisengan.
Tak sampai disitu, rasa penasaran mereka semakin menjadi ketika Genta beranjak pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Panggilan dan teriakan tak lagi diindahkan olehnya. Genta sungguh melenggang begitu saja meninggalkan teman-temannya yang kebingungan. Entah apa yang sedang terjadi pada sahabat mereka itu, yang jelas pasti ini ada kaitannya dengan masalah cinta.

Sleeping beauty {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang