Teman

348 33 0
                                    

"Sorry guys. Gue nggak telat, kan?"

"Nggak, tapi kitanya aja yang keburu mau pulang." Jawab seorang pria nampak bersidekap dada menatap Felix yang baru saja tiba.

"Cie ngambek." Cowok itu terkekeh melihat raut datar Raffi, salah satu temannya yang ada di sana.

"Dari mana aja, lo?" Leon ikut menimpali dengan kesal. Mereka sudah lama menunggu laki-laki itu memunculkan diri.

Felix hanya bisa nyengir kuda, keterlambatannya memang tidak dia bicarakan dengan teman-temannya. "Biasa lah," ujarnya menggaruk kepalanya, bingung harus menjawab apa.

"Sudahlah, yang penting dia datang. Nggak usah dipermasalahkan, ini juga Genta masih belum baik. Kalau suster ngeliat kita berantem bisa diusir." Mervin menengahi perdebatan tersebut. Tumben sekali, padahal biasanya dia orang nomor satu yang suka keributan.

Mereka berempat tadinya usai dari kampus memang telah membuat rencana untuk menjenguk salah satu sahabat mereka, Gentala Kalingga Geoffrey, yang beberapa hari mengalami koma akibat kecelakaan. Ya, dialah yang jiwanya telah diselamatkan oleh Florencia, adik kandung Felix. Jadi, wajar jika Genta sempat berpikir seperti mengenal cewek itu, karena wajahnya jika diperhatikan lebih seksama memang mirip dengan sahabatnya, Felix. Akan tetapi sepertinya Genta sendiri tidak menyadari hal itu.

Selepas ujian semester, Felix, Raffi, Leon, dan Mervin, telah bersepakat untuk pergi bersama-sama kerumah sakit. Namun, entah karena apa, tiba-tiba di jalanan Felix malah memisahkan diri dari iring-iringan kendaraan sahabatnya. Sekarang, cowok itu baru tiba ketika ketiga sahabatnya hendak pulang. Menyebalkan nya, Felix malah cengar-cengir seolah tidak merasa bersalah akan perbuatannya yang tadi sempat membuat ketiga orang itu khawatir.

Mereka trauma karena hal yang sama pernah terjadi kepada Genta yang tahu-tahu dikabarkan kecelakaan. Mengingat saat itu juga motor yang dikendarai Genta berada paling belakang diantara teman-temannya.

"Gimana keadaan lo?" Tanya Felix setelah meletakkan buah tangan yang tadi sempat dia beli di depan rumah sakit.

Genta menggerakkan kepalanya pelan. "Okelah," lanjutnya tertawa kecil.

"Syukurlah. Lo bikin semua orang jantungan tahu nggak," Felix ikut terkekeh melihat kondisi sahabatnya sekarang ini jauh lebih baik dari yang dia temui kemarin-kemarin.

"Ya, nyatanya gue nggak kenapa-kenapa kan?" Genta bahkan sudah bisa menanggapi candaan.

"Lo kan masih banyak dosa. Tuhan masih ngasih lo kesempatan buat nebus kesalahan lo. Cepet minta maaf sama gue, dosa lo banyak sama gue." Leon menambahkan dengan gurauan.

"Harusnya lo aja Le, yang kena peringatan bukan Genta. Mulut lo bau azab soalnya," celetuk Mervin tak tanggung-tanggung membuat mereka tergelak kecuali Leon yang malah mendengus jengkel.

"Oma sama bokap lo kemana, Ta?" Felix kembali bertanya.

"Bokap nganterin Oma pulang buat ngambil baju-baju lagi, sementara kalian ada di sini." Genta menjelaskan.

"Betah banget kayaknya di rumah sakit_ Anjir!" Leon mendelik tajam pada si pelaku yang menjitak kepalanya dari belakang.

"Orang lagi sakit," sembur Mervin dengan tak santai.

Apalah daya, semua yang melihat kelakuan tom and Jerry itu hanya bisa tertawa. Leon dan Mervin memang musuh abadi, mereka bisa bertengkar hanya karena persoalan sepele. Maklum, mereka berdua sudah berteman sedari orok, keakraban yang ditunjukkan layaknya saudara sekandung. Kadang gelut kadang akur.

"Eh, lanjutin dong cerita lo soal mimpi yang waktu lo koma itu." Raffi kembali menagih ucapan Genta yang tadi sempat terpotong ketika kehadiran Felix.

Felix memusatkan perhatiannya pada Genta. "Mimpi?" Tanyanya dengan sebelah alis terangkat.

Sleeping beauty {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang