19. Janji

271 39 8
                                    

Kebetulan ini ost lewat di beranda, makin masuk feeling buat nulis part satu ini. Baru tau ada anime nya juga (Aku bukan wibu), tapi sepertinya segera masuk ke dalam wish list. #hahahahaha

Btw, setelah kalian baca part ini diharapkan mengerti ya alasanku mengambil judul dengan "Cinta Terjalin Senja" Tepat timing nya pas banget di sini, Aku jadi suka😭.

-

Beberapa hari selanjutnya tubuh perlahan pulih dari sekarat, demikian Gandes mendudukkan diri dengan keadaan badan mampu digerakkan. Langit dengan warna jingga kemerahan, sebagai tanda malam akan tiba. Hujan urung reda dari tadi siang menjadi sebab Ia menahan gelisah, di pagi hari Prada pergi belum juga kembali menemuinya.

"Prada?"

Usaha keras Gandes untuk bangkit, keberhasilan yang tak sia-sia upaya mencari seseorang kini berarti baginya. Berjalan tatih kedua kaki melangkah pada ruang cukup luas, gemanya suara saat memanggil memantul hingga ujung sudut. Sudah berhari-hari juga Ia tidak keluar, rasa-rasanya nyaris lupa bagaimana liarnya dunia luar.

"Prada?"

Sesaat Gandes tengah berdiri di ujung pintu masuk, bertepatan kedua netra memandang mentari mulai redup dari eksistensinya mulai terbenam. Pun tanpa bisa memenghalangi gerimis suara hujan, ucapannya bak suara jangkrik yang kecil kemungkinan untuk terdengar. Desau dedaunan akibat angin kencang menjadi sarat agar Ia berhati-hati, lantas terlupakan jika apa yang dicarinya selama seharian ini telah ditemukan tidak jauh dari posisinya berdiri.

Di sebelah kanan depan gua, dilihatnya Prada tengah terduduk anteng di atas batang pohon. Tubuh sedikit membungkuk, nampak asik lelaki  itu memegang suatu benda. Demikian bergegas Gandes menghampiri, sesekali kedua tangan sibuk merapikan rambut kusutnya terus berterbangan yang terurai karena tak pernah disisir semenjak sakit.

Laun, gerimis hujan telah berhenti.

Apa yang dilakukan Prada ketika langit mulai gulita seperti ini?

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Tercekat tenggorakan sejemang mulut berbicara, ujungnya Gandes membuang muka akibat tubuh tidak bisa pulih dengan cepat. Kedua tangan yang mengepal akan hati dipenuhi keraguan, membuatnya ingin berbalik badan dan kembali masuk ke dalam gua. Namun tidak disangka Prada menoleh, seutas senyum tipis diperlihatkan secara terang-terangan. Hati mendadak menghangat, Gandes hanya mampu membalas senyuman itu tidak kalah lebar.

"Ma-maafkan Aku sudah mengganggumu—"

"Kemarilah, Aku ingin mencoba untuk pertama kalinya padamu."

Kalimat Prada yang terlontar bak titah, mengangguk nurut Ia berjalan ke arahnya. Jarak antara lelaki itu dengan Gandes yang semakin dekat, secara tiba-tiba nyaris jatuh menjadi sebab tubuh terduduk lemas di atas pangkuan. Rasa berdebar lagi-lagi mengguncang, bersamaan kedua mata saling bersitatap segera membuang pandang ke segala arah.

Tidak tahu saja bahwa saat ini, mati-matian Gandes menahan kedua tangan terus gemetar.

"Baiklah, maafkan Aku kurang pandai mengurusmu. Selain memberimu makan, tak ada hal lain yang bisa ku lakukan. Rasa-rasanya cukup aneh mengingat kau adalah seorang perempuan."

Berceloteh ria Prada bicara, sembari tangan kanan sibuk memutar tubuh Gandes ke depan. Rontokkan amplas dari kayu dapat dilihat begitu berserakan, apa hal yang dilakukan lelaki satu ini yang cukup membuatnya khawatir?

Sudah cukup beberapa bulan lalu lelaki itu memukul pohon bambu keras-keras, hampir saja Gandes menangis karena berpikir Prada marah terhadapnya.

Dari pikiran sibuk memikirkan kejadian awal-awal mereka bertemu, Gandes merasakan ada sesuatu benda menyentuh kepalanya. Meski agak terasa sakit benda itu terus turun sampai ujung rambut, lantas menoleh yang tak disangka Prada tengah menyisir rambutnya.

Cinta Terjalin SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang