34. Ketidakcakapan Seorang Raja

79 9 1
                                    


Happy Reading guys! Jangan lupa vote dan beri komentar ya, thank you!

Pemerintahan di era kekuasaan Raja Nawasena sebenarnya tidak dapat dikatakan baik-baik saja. Keseimbangan dalam mensejahterakan rakyat akan tergoyahkan jika bagian dalam internal kerajaan sama sekali tidak dapat diselesaikan dengan tepat. Selain faktor internal kerajaan yang menghambat berkembangnya suatu negeri menjadi lebih baik, faktor eksternal juga mencakup hampir ke segala aspek.

Faktor internal yang kini menjadi bahan pembicaraan banyak orang adalah keluarga kerajaan tak lagi memiliki pewaris. Wafatnya Raja Atharya yang hanya meninggalkan kedua putranya, membuat perseturuan muncul dalam merebut takhta akibat sang ayah sama sekali tidak menitipkan surat wasiat atau jejak bukti dalam memberikan kekuasaan yang adil bagi keduanya.

Sebenarnya tanpa surat wasiat pun, Nawasena berpikir bahwa Ia layak menduduki takhta kerajaan Tarungga karena dirinya merupakan putra sulung. Namun hal ini pernah digugat oleh beberapa menteri yang telah diakumulasikan dari aspirasi rakyat, bahwasanya tanpa surat wasiat belum bisa dikatakan absah. Rakyat membutuhkan validasi untuk membuktikan bahwa untuk diangkat menjadi raja haruslah kompeten dan mampu mengayomi semua golongan di seluruh tanah Tarungga.

Jelas Nawasena menghiraukan pandangan-pandangan tersebut. Ia berani bertindak lebih kejam upaya menduduki takhta raja dengan menggertak rakyat serta pihak dari klan tertentu untuk diam dan tidak menyinggung kembali hal tersebut. Tidak jarang mereka yang berada dipihak oposisi setelah sekian lama tidak lagi menunjukkan batang hidung. Hilangnya mereka yang cukup dikenal oleh beberapa tokoh masyarakat membuat rakyat takut sehingga enggan mengeluarkan pendapat.

Tindak-tanduk Nawasena kepada rakyat tidak luput dari pandangan Bahuwirya. Selaku putra bungsu dari Raja Atharya merasa bahwa yang dilakukan sang kaka tidaklah benar. Bahuwirya ingin Nawasena tidak berbuat seenak diri sekalipun identitasnya merupakan seorang pangeran. Ketidaksukaan Bahuwirya terhadap Nawasena terang-terangan ditunjukkan dengan sikap arogan.

Sekiranya, orang terdekatnya mengenal bahwa Bahuwirya tidak memiliki ambisi untuk menduduki takhta raja meski dimata rakyat tidak terlihat demikian. Kejadian runtun atas hilangnya tokoh-tokoh masyarakat cukup berpengaruh, membuat kakak-beradik itu bertengkar dan menimbulkan gaduh di istana.

Pertengkaran dua putra raja Atharya semakin menjadi-jadi. Puncaknya ketika Nawasena dan Bahuwirya berkelahi di halaman istana yang disaksikan langsung oleh para ksatria hingga pelayan. Tidak ada yang berani memisahkan, bahkan para menteri berbondong-bondong datang terlambat hanya mampu menyaksikan keduanya dengan pandangan penuh harap.

Kala itu, para menteri terpecah menjadi dua suara. Awalnya sebagian besar mendukung Bahuwirya untuk menjadi raja selanjutnya. Mereka berpendapat bahwa Bahuwirya lebih layak menjadi raja setelah tahu bahwa Nawasena melakukan kecurangan dengan membungkam pihak oposisi dengan kejam. Selain itu, sikap Nawasena kerap menunjukkan ketidakmampuannya dalam memimpin. Hal itu bisa dilihat Nawasena memperbolehkan bahkan menerapkan adanya gratifikasi, kolusi, hingga tindakan korupsi dilakukan langsung oleh kaki tangan Nawasena sendiri.

Namun, tidak berselang lama hampir sebagian menteri bahkan seluruh pemimpin klan menyetujui bahwa yang berhak duduk di kursi singgasana pemimpin kerajaan Tarungga adalah Nawasena. Hal tersebut menekan Bahuwirya semakin tidak memiliki peluang untuk berkuasa. Bahuwirya dapat memastikan hal yang akan terduga, jika setelah ini dirinya kalah dan tidak bisa melarikan diri maka Ia tidak akan selamat.

Perkelahian yang tak sekali dua kali terjadi, membuat kekuatan Bahuwirya terkuras habis. Kekuatan Nawasena nyatanya lebih unggul dibanding sang adik. Belum lagi kekuatan yang terserap ke dalam tubuh Nawasena dari energi alam, mampu menumbangkan Bahuwirya menjadi terkapar tidak berdaya. Terakhir kali Bahuwirya bertarung, wujudnya bukanlah lagi manusia sepenuhnya. Goresan-goresan luka mengeluarkan getih di antara sayapnya.

Cinta Terjalin SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang