Aku berjongkok di depan kardus untuk menyortir barang-barang yang akan aku masukkan ke dalam sana. Ini baru kardus ke tiga, tapi aku merasa sudah sangat lelah sekali.
Ide ini memang sangat buruk. Aku sudah berdamai jika memang harus pindah ke rumah Om Ardio. Aku tidak terbiasa menyebutnya Papa, jadi nanti saja akan kusebut Om Ardio Papa saat di depan Mama. Namun, yang membuatku kesal adalah, kenapa aku harus merapikan barang-barang ini di hari kerja?
Kepalaku masih panas dan berasap akibat menghadapi kasus rumit yang tengah aku kerjakan. Lalu pukul tiga sore tadi, Mama yang tengah berbulan madu menelponku hanya untuk menyuruh agar aku mulai merapikan barang-barang yang akan diangkut oleh mobil box yang sudah dipesannya besok pagi.
Well, besok masih hari kerja. Pagi-pagi buta, kemungkinan besar akan ada truck pengangkut barang yang akan parkir di depan rumahku, sehingga mau tak mau aku harus merapikan barang- barang malam ini juga.
"Mama 'kan masih honeymoon, kenapa harus angkutin barang-barang sekarang sih?" protesku yang tak langsung menerima ide Mama yang bahkan sudah melakukan pemesanan mobil box.
"Nyicil dong, Audy! Biar nanti pas Mama pulang, nggak banyak barang yang harus dibawa pindahan. Makanya mending dicicil dari sekarang."
"Tapi barang-barangnya belum dirapihin!"
"Ya kamu rapihin malam ini lah, Mama 'kan pesen mobilnya buat besok pagi." Mama berkata dengan santai. "Lagian dari kemarin 'kan Mama udah suruh kamu beresin barang-barang yang mau kamu bawa. Emang belum kamu pilihin."
"Belum lah, aku sibuk."
"Sibuk apa? Mama lihat instagram story kamu main terus kok."
"Yaa aku 'kan sibuk kerja, stress, butuh hiburan dong, Ma!"
"Nah yaudah, malam ini hiburan kamu beresin barang-barang ya, Sayang."
"Apanya yang hiburan, yang ada aku capek sendirian!"
"Kamu ajak temen-temen kamu buat bantuin dong. Anggap aja kalian lagi party, tapi sambil tangannya gerak buat beres-beres."
"Ini 'kan hari kerja Mama! Temen-temen aku pada kerja lah."
"Biasanya juga hari kerja, kamu main sama mereka. Terserah kamu deh mau gimana, yang penting pas mobil dateng, kulinya tinggal angkut aja."
Mama sudah menutup telepon secara sepihak, yang membuatku tak bisa protes lagi.
Ya ampun! Bagaimana bisa sih saat sedang honeymoon, tiba-tiba terlintas di kepala Mama bahwa ia harus memesan mobil box untuk pindahan? Dari sekian banyak aktivitas yang lebih menarik untuk dilakukan, entah hanya bercinta seharian di dalam kamar atau jalan-jalan menikmati keindahan alam di Maldives, kenapa Mama harus kepikiran memesan mobil box???
Aku pun menuruti ucapan Mama untuk meminta bantuan pada teman-temanku. Namun, sampai pukul tujuh Malam, mereka masih belum datang juga. Aku memaklumi hal tersebut mengingat lalu lintas pada jam pulang kerja memang sangat tidak kondusif, terlebih tidak semua teman-temanku bisa pulang on time.
Sambil menunggu mereka, aku pun memulai untuk memasukkan barang-barang dengan harga standar dari dalam lemariku ke dalam kardus.
Suara ketukan pintu terdengar. Aku pun seketika berdiri untuk membukakan pintu. Itu pasti salah seorang temanku yang sudah sampai.
"Hai, Sissy!"
Aku mendengus sebal saat melihat sosok yang berdiri di depan pintu rumahku.
Siapa lagi yang memanggilku dengan sebutan seperti itu jika bukan saudara baruku ini? Yap! Arsal kini tersenyum lebar seraya menyapaku dengan riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Sissy
Romance**CERITA MASIH LENGKAP** Audy membenci Arsal, si anak orang kaya berengsek yang pernah tidur dengannya, lalu muncul dengan wajah tak berdosa seraya menggandeng pacarnya yang ternyata adalah musuh Audy. Saat Audy ingin memusnahkan sosok Arsal dari p...